Upacara perkawinan di Lombok Timur memiliki keunikan dibandingkan dengan
upacara adat di tempat yang lainya, karena memiliki proses yang cukup
panjang. Adat perkawinan lombok dikaitkan dengan upacara sorong serah
aji krama. Seorang pemuda (terune) dapat memperoleh seorang istri
berdasarkan adat dengan dua cara yaitu dengan soloh (meminang kepada
keluarga si gadis). Yang kedua dengan adat merariq( melarikan si gadis),
dimana pihak pria (terune) mengambil wanita (dedare) yang akan dinikahi
ke rumah pihak pria tanpa sepengetahuan orang tuanya. Setelah salah
satu cara sudah dilakukan, maka keluarga pria akan melakukan tata cara
perkawinan sesuai dengan adat sasak. Proses ini kemudian akan diikuti
dengan “Mesejati” dimana kepala dusun (keliang) akan memberitahukan
kepada keluarga perempuan perihal dibawanya anak perempuan tersebut oleh
seorang laki-laki yang tinggal di dusunnya. Selang maksimal tiga hari
kemudian, dilanjutkan dengan proses “beselabar” dimana kadus dan
keluarga pihak laki-laki menemui keluarga pihak perempuan untuk meminta
ijin melangsungkan upacara pernikahan. Pembicaraan adat istiadatnya
meliputi aji kerama yang dalam proses ini dibicarakan tentang “uang
perari” yang merupakan uang yang diminta oleh calon pengantin perempuan
sebelum dilarikan. Jika belum ada permintaan “uang perari” sebelumnya,
maka orang tua perempuan memintakan “uang perari” sekaligus “uang
pisuke” yang dijadikan sebagai jaminan dan biaya penyelenggaraan pesta.
Jika semua permintaan keluarga pengantin perempuan telah disetujui pada saat “beselabar”, maka prosesi selanjutnya adalah “bait wali” dimana pihak pengantin laki-laki mengirimkan utusan dari pemuka agama untuk menyampaikan salam dari calon pengatin perempuan untuk orang tuanya agar datang untuk menikahkanya. Jika disetujui, maka orang tua perempuan akan datang sendiri dan keluarganya, namun jika tidak, maka orang tuanya menyerahkanya kepada utusan tersebut untuk menjadi wali nikah pengantin perempuan. Pada proses inilah kemudian dilangsungkan “ijab qabul”. Jika keseluruhan proses “bait wali” telah selesai, maka dilanjutkan dengan upacara “sorong serah”.
Acara Sorong Serah Aji Krame adalah salah satu acara paling penting
dalam rangkaian upacara adat perkawinan sasak. Waktu penyelenggaraan
biasanya pada siang hari sesudah zuhur sebelum ashar yang di sebut
Galeng Raraq Kembang Waru. Pada acara sorong serah ini pihak laki – laki
mengirim rombongan yang terdiri dari 20 sampai 30 orang untuk
mendatangi keluarga pihak perempuan dengan membawa harta benda yang
dinamakan gegawan. Para pembawa gegawan dari pihak laki – laki biasa
disebut penyorong sedangkan pihak perempuan yang menerima gegawan adalah
penanggap. Upacara Sorong Serah Aji Krame sangat kaya dengan simbol –
simbol yang tercermin baik dalam tata upacara maupun perlengkapan yang
dibawa, berupa uang dan benda – benda simbolik lainnya. Kesemuanya itu
diwujudkan dalam 8 komponen yaitu 1. Sesirah(dalam istilah Sasak di
sebut Otak Dowe atau Juru Dowe yang berarti otak, kepala atau induk Aji
Krame dan perangkat Sorong Serah lainya). 2. Aji Krame (terdiri dari
Napak Lemah dan olen – olen). 3. Sasuni Taring Urip (terdiri dari Salin
Dedeng, Penjaruman dan Pemecat Sengkag). 4. Pikoliling Urip / Warga
(terdiri dari Pelengkak dan Kao Tindok). 5. Pikoliling Desa (terdiri
dari Babas Kuta, Krame Desa dan Kor Jiwa). 6. Kedosan ( Denda – denda ).
7. Pemegat ( Pamungkas Wicara ). 8.Rombong ( Simbol dukungan
masyarakat agar mempelai mampu hidup mandiri). Di dalam proses sorong
serah, dikenal dengan nama “bewacan” yang merupakan debat dalam bahasa
Bali antara utusan pengantin pria dengan keluarga pengantin perempuan.
Setelah pihak rombongan pengantin pria dipersilahkan datang oleh
keluarga perempuan, barulah keluarga mempelai laki-laki datang ke rumah
keluarga perempuan disertai berbagai perlengkapan adat dan tata cara
penyambutanya. Di dalam acara sorong serah ini dipertunjukkan kesenian
khas Lombok yaitu “gendang belek” yang merupakan alat musik tradisional
Lombok, namun iramanya hampir menyerupai irama lagu Bali.Jika semua permintaan keluarga pengantin perempuan telah disetujui pada saat “beselabar”, maka prosesi selanjutnya adalah “bait wali” dimana pihak pengantin laki-laki mengirimkan utusan dari pemuka agama untuk menyampaikan salam dari calon pengatin perempuan untuk orang tuanya agar datang untuk menikahkanya. Jika disetujui, maka orang tua perempuan akan datang sendiri dan keluarganya, namun jika tidak, maka orang tuanya menyerahkanya kepada utusan tersebut untuk menjadi wali nikah pengantin perempuan. Pada proses inilah kemudian dilangsungkan “ijab qabul”. Jika keseluruhan proses “bait wali” telah selesai, maka dilanjutkan dengan upacara “sorong serah”.
Kebudayaan Lombok memiliki kedekatan kebudayaan dengan Bali, karena
pernah di bawah pengaruh kekuasaan kerajaan Karangesem Bali pada tahun
1720 M. Upacara sorong serah ini dapat dijadikan sebagai alternatif
tujuan wisata karena menampilkan berbagai kesenian dan pakaian adat khas
Lombok.
No comments:
Post a Comment