Gendang Beleq merupakan salah satu kesenian tradisional yang telah
sangat lama berkembang dan dikenal dengan baik oleh masyarakat suku
Sasak. Dalam perjalanannya, kesenian tradisional Gendang Bedeq telah
mengalami pasang surut perkembangan. Bahkan, dengan perkembangan yang
sangat pesat pada akhir-akhir ini, kesenian tradisional Gendang Beleq
telah tumbuh kembali menjadi kesenian yang sangat populer pada seluruh
lapisan masyarakat suku Sasak. Kesenian Gendang Beleq telah hadir dengan fungsi sebagai pelengkap
kebudayaan serta menjadi salah satu sarana pengungkap makna-makna luhur
kebudayaan. Pada sisi lain, kesenian Gendang Beleq memiliki potensi
yang sangat besar sebagai media pendidikan bagi masyarakat dan sebagi
salah satu sumber devisa bagi negara yang dengan sendirinya dapat pula
meningkatkan taraf hidup para seniman pendukungnya. Nama kesenian Gendang Beleq diambil dari salah satu alat musik yang
digunakan yaitu dua buah gendang berukuran besar dan panjang. Bentuk
kesenian tradisional Gendang Beleq yang kita temukan dewasa ini
merupakan perkembangan bentuk karena pengaruh kesenian Bali yaitu
Tawaq-Tawaq. Perubahan bentuk kesenian ini pertama kali terjadi sekitar
tahun 1800 M, ketika Anak Agung Gede Ngurang Karang Asem memerintah di
gumi Sasak.
Sebelumnya, kesenian Gendang Beleq hanya terdiri atas sebuah Jidur
(gendang besar yang berbentuk beduq), sebuah gong dan sebuah suling.
Demikian besar pengaruh kebudayaan Bali pada waktu itu, sehingga
peralatan kesenian ini berkembang sesuai dengan alat yang digunakan pada
kesenian tawaq-tawaq. Akan tetapi, agar tidak meninggalkan nilai-nilai
Islam, para seniman suku Sasak pada waktu itu tetap mempertahankan
bentuk gendang besar yang menyerupai beduq yang digunakan di masjid.
Selain itu, jumlah personil yang digunakan pun dibatasi pada jumlah 13
atau 17 orang pemain. Bilangan ini menunjukkan bilangan rakaat dalam
shalat. Demikian pula dengan tata cara memainkan alat ini merupakan
implementasi dari pelaksaan shalat berjamaah dan tuntunan hidup
bermasyarakat dengan nilai-nilai keislaman.
Sebuah
grup gendang beleq biasanya terdiri dari 15 – 17 orang yang biasanya
semua laki – laki. Gendang beleq sebenarnya merupakan salah satu
instrumen yang ada pada tarian ini. Disebut gendang beleq karena salah
satu musiknya adalah gendang beleq (gendang besar). Gendang beleq
(gendang besar ) ini biasanya terbuat dari kulit sapi, besi tua dan kayu
yang panjangnya bisa mencapai lebih dari satu meter dan disandang pada
pundak dua pemain.
Pada umumnya gendang beleq (gendang besar) dicat hitam putih dengan pola
kotak – kotak. Di Lombok kedua warna itu memang mempunyai arti
simbolis. Hitam adalah lambang keadilan sedangkan putih adalah lambang
kesucian. Selain itu, hitam juga diibaratkan sebagai bumi dan putih
diibaratkan sebagai langit yang keduanya merupakan kekuatan yang harus
selalu ada dalam kehidupan manusia.
Orkestra ini terdiri atas :
- Dua buah gendang beleq yang disebut gendang mama (laki – laki) dan gendang nine (perempuan) berfungsi sebagai pembawa dinamika.
- Sebuah gendang kodeq (gendang kecil)
- Duah buah reong yang terdiri dari reong mama dan reong nina berfungsi sebagai pembawa melodi
- Sebuah prembak beleq berfungsi sebagai alat ritmis
- Delapan buah prembak kodeq disebut juga copek, berfungsi sebagai alat ritmis
- Sebuah petuk berfungsi sebagai alat ritmis
- Sebuah gong besar berfungsi sebagai alat ritmis
- Sebuah gong penyelak berfungsi sebagai alat ritmis
- Sebuah gong oncer berfungsi sebagai alat ritmis
- Dua buah bendera, merah atau kuning disebut lelontek.
Tari gendang beleq merupakan tari perang walaupun tidak ada unsur
perkelahian maupun senjata dalam tarian ini. Namun, setiap gerakannya
menggambarkan kemaskulinan (kejantanan). Awalnya, gendang beleq
berfungsi sebagai pengiring para ksatria yang akan maju ke medan perang
maupun menyambut para pahlawan yang pulang dari medan perang. Selain itu
Gendang beleq ini dulu dimainkan apabila ada pesta – pesta kerajaan.
Disini digunakan payung agung. Sekarang fungsi payung ini ditiru dalam
upacara perkawinan.
Dahulunya, gendang beleq adalah alat musik yang dianggap mempunyai tuah.
Oleh karena itu, ada kepercayaan setempat yang mengatakan bahwa harus
diadakan andang – andang ( sesajen) yang harus diberikan sebelum alat
ini dimainkan. Sesajen ini biasanya beupa ayam kampung, beras, daun
sirih dan masih banyak lagi.
Gendang beleq dapat dimainkan dengan berjalan atau duduk. Komposisi
berjalan mempunyai aturan tertentu, berbeda dengan duduk yang tidak
mempunyai aturan. Pada waktu dimainkan pembawa gendang beleq akan
memainkannya sambil menari, demikian juga pembawa petuk, copek dan
lelontek. Gerakan – gerakan dalam tarian ini pun sangat variatif
tergantung penggunaannya. Tarian ini biasanya diciptakan sendiri oleh
para pemainnya. Gerakan – gerakan akan berbeda setiap fungsi. Misalkan
gerakan untuk penyambutan, gerakan untuk pertunjukan dan lomba – lomba
antar kelompok maupun gerakan untuk meniringi arak – arakan acara
pernikahan (nyongkolan). Karena sifatnya yang atraktif, gendang beleq seringkali diadakan untuk
mengiringi arak – arakan pengantin (nyongkolan) atau khitanan dan juga
untuk menyambut tamu penting.
No comments:
Post a Comment