Tuesday, July 8, 2014
Visi Dan Misi Akademi Pariwisata Mataram
VISI DAN MISI
Visi
Visi
Dalam sejarah perkembangannya, AKPAR telah tampil menjadi lembaga pendidikan tinggi di Indonesia yang secara konsisten berkiprah dalam bidang pariwisata. Namun, keajegan ini tidak membuat AKPAR mandeg dalam menanggapi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan tuntutan masyarakat maupun steakhorders. Bahkan sebaliknya, perubahan global sekarang ini merupakan peluang bagi AKPAR untuk tampil mengambil inisiatif dan mengembangkan inovasi dalam bidang pariwisata. Dengan karakter seperti itu dan dengan segenap sumber daya yang dimilikinya AKPAR menetapkan visi yaitu ”Pusat Peradaban Budaya Pariwsata”.
Akpar Mataram sebagai Pusat Kajian dan Pengembangan Budaya Pariwisata
Misi
AKPAR Mataram sebagai lembaga pendidikan tinggi bidang pariwisata memiliki misi sebagai wujud pengejawantahan dari visi di atas adalah sebagai berikut. Menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat yang mendukung pembangunan pariwisata secara luas. Mengadakan kerja sama dengan institusi terkait yang dilandasi atas prinsip saling menguntungkan yang sesuai dengan nilai-nilai luhur dalam rangka mendukung penyelenggaraan Tri Dharma PT yang berorientasi global. Misi tersebut dituangkan lebih rinci sebagai berikut.
1. Pusat penyelenggaraan pendidikan dalam menyiapkan tenaga profesional yang berbudaya pariwisata dan berdaya saing global.
2. Pusat kajian dan pengembangan kepariwisataan yang inovatif.
3. Pusat pelayanan budaya pariwisata melalui pengabdian kepada masyarakat.
4. Internasionalisasi pendidikan melalui penguatan jejaring kemitraan.
AKPAR Mataram sebagai lembaga pendidikan tinggi bidang pariwisata memiliki misi sebagai wujud pengejawantahan dari visi di atas adalah sebagai berikut. Menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat yang mendukung pembangunan pariwisata secara luas. Mengadakan kerja sama dengan institusi terkait yang dilandasi atas prinsip saling menguntungkan yang sesuai dengan nilai-nilai luhur dalam rangka mendukung penyelenggaraan Tri Dharma PT yang berorientasi global. Misi tersebut dituangkan lebih rinci sebagai berikut.
1. Pusat penyelenggaraan pendidikan dalam menyiapkan tenaga profesional yang berbudaya pariwisata dan berdaya saing global.
2. Pusat kajian dan pengembangan kepariwisataan yang inovatif.
3. Pusat pelayanan budaya pariwisata melalui pengabdian kepada masyarakat.
4. Internasionalisasi pendidikan melalui penguatan jejaring kemitraan.
Fasilitas AKPAR
FASILITAS
1. Tersedia Hot Spot 24 jam
2. Pembelajaran base IT
3. Tersedia Lab. FO, HK, Bar & Restaurant, Kitchen, Tour & Travel
4. Fasilitas belajar lengkap: internet, LCD, Multimedia lainnya
5. Koleksi perpustakaan lengkap dengan e-library system
6. Memiliki dosen praktisi dari industri dan tenaga pengajara asing (volunteer)
7. Suasana kampus yang asri
Biaya Perkuliahan
BIAYA PERKULIAHAN AKPAR MATARAM
TA 2013/2014
PRODI D3 HOTEL DAN UPW
1. Uang Gedung : Rp 4.000.000 (4x angsuran)
a. Cicilan I : Rp 1.500.000 (pada waktu Daftar Ulang)
b. Cicilan II : Rp 1.000.000 (pada waktu UTS)
c. Cicilan III : Rp 750.000 (pada waktu UAS)
d. Cicilan IV : Rp 750.000 (pada waktu UTS)
2. BOP : Rp 300.000
3. 20 SKS : Rp 1.200.000
4. Registrasi : Rp 300.000
5. KTM dan Asuransi : Rp 100.000
6. PDSP : Rp 500.000
Jadi, biaya daftar ulang sebesar : Rp 3.900.000
PRODI D3 HOTEL DAN UPW
1. Uang Gedung : Rp 4.000.000 (4x angsuran)
a. Cicilan I : Rp 1.500.000 (pada waktu Daftar Ulang)
b. Cicilan II : Rp 1.000.000 (pada waktu UTS)
c. Cicilan III : Rp 750.000 (pada waktu UAS)
d. Cicilan IV : Rp 750.000 (pada waktu UTS)
2. BOP : Rp 300.000
3. 20 SKS : Rp 1.200.000
4. Registrasi : Rp 300.000
5. KTM dan Asuransi : Rp 100.000
6. PDSP : Rp 500.000
Jadi, biaya daftar ulang sebesar : Rp 3.900.000
DIKLAT
SERTIFIKASI D1 FBP/FBS
1. Uang Gedung : Rp 4.000.000 (2x angsuran)
2. BOP : Rp 300.000
3. 20 SKS : Rp 1.200.000
4. Registrasi : Rp 300.000
5. Praktikum : Rp 2.000.000
6. KTM dan Asuransi : Rp 100.000
7. PDSP : Rp 500.000
Total : Rp 6.400.000
1. Uang Gedung : Rp 4.000.000 (2x angsuran)
2. BOP : Rp 300.000
3. 20 SKS : Rp 1.200.000
4. Registrasi : Rp 300.000
5. Praktikum : Rp 2.000.000
6. KTM dan Asuransi : Rp 100.000
7. PDSP : Rp 500.000
Total : Rp 6.400.000
Kontak Kami
Administrator :
081999774619, mmurdana@gmail.com atau info@akparmataram.ac.id
Landscape AKPAR
AKPAR Mataram, mempunyai taman yang paling indah diantara
universitas lainnya yang ada di Mataram, ini mengartikan bahwa seorang yang
bekerja dibidang Pariwisata harus mempunyai jiwa yang berih dan menjaga
lingkungan dengan baik sehingga terciptalah keharmonisan antara manusia dengan
alam sekitar.
Bangunan
baru Akpar mataram yang sedang dalam proses pengerjaan. Bangunan ini mempunyai
tiga lantai, yaitu lantai dasar akan dibuat aula/ruang serbaguna, lantai dua
ada ruang-ruang kelas dan akan dibuatkan lab praktikum khusus untuk House
Keeping, Front Office dan lain-lain. Direncanakan akpar mataram akan dijadikan
Sekolah Tinggi Pariwisata, maka dari itu akpar mataram meningkatkan
fasilitas-fasilitasnya untuk tercapainya syarat-syarat untuk menjadi Sekolah
tinggi. Bangunan ini diperkirakan akan rampung tahun 2013 ini.
Ini adalah tempat parkir khusus dosen dan karyawan, walaupun
tidak beratap tetapi cukup teduh untuk tempat parkir, karena banyak terdapat
pohon disekitarnya dan juga untuk memudahkan karyawan akpar untuk keluar masuk
kendaraannya.
Sedangkan tempat
parkir mahasiswa diberikan atap, untuk memberi kenyamanan bagi para
mahasiswa. Dilengkapi dengan CCTV untuk memantau mahasiswa-mahasiswa yang
jahil, dan masih berkeliaran pada saat jam belajar berlangsung.
Café satu-satunya didalam kampus, karena tujuan kekampus
adalah belajar maka café hanya ada satu, tetapi walaupun begitu café akpar
memiliki pelayanan yang baik, bersih dan cukup nyaman dan makanan-makananya
cukup murah, pas untuk kantong mahasiswa. Terdapat radio tape, kipas angin,
asbak,papan catur dan tempat sampah sebagi fasilitas pendukungnya.
Musholla
akpar mataram, yang selalu bersih dan memberikan kenyamanan bagi para mahasiswa
yang beribadah karena terdapat taman di sekitarnya.
Pura akpar mataram, yang juga selalu bersih, asri dan
didesain menyatu dengan alam sehingga membuat nyaman untuk para mahasiswa yang
akan sembahyang. Dilukiskan secara relief Sang Hyang Dewi Saraswati tepat
dibelakang pelinggih, agar dapat memusatkan pikiran kepada-Nya, sekaligus
menambah hiasan pada dinding Pura. Terdapat bale bengong untuk musyawarah
kepada mahasiswa, rapat pengurus piodalan dan lain sebagainya.
Monday, July 7, 2014
Berlibur Ke Senggigi
Senggigi adalah pusat pariwisata di Lombok yang terletak di
Lombok Barat. Lokasinya berada diantara lembah dan menghadap langsung ke
laut sehingga indah
dan unik. Selain itu, Senggigi juga sangat terkenal dengan pantainya
yang memiiki pasir putih dan air lautnya yan jernih. Karena telah banyak
wisatawan yang berkunjung ke Senggigi dan menjadi tempat favorit wisata
di Pulau Lombok maka sudah banyak fasilitas yang dapat Anda temui di
tempat ini mulai akomodasi, dari hotel melati, bungalow, hotel yang
berbintang, butik dan lain-lain
Berlibur Ke Senggigi
Untuk menuju Senggigi, Anda harus menuju ke arah barat, sekitar 8 km
dari bandara Selaparang Mataram. Dalam perjalanan, anda akan banyak
menjumpai transportasi tradisional Kota Mataran yang biasa di sebut
Cidomo di sudut-sudut kota yang belum terjangkau oleh kendaraan roda
empat. Anda juga akan melewati pasar tradisional Ampenan (Kebon Roek), pasar ini adalah pasar yang terdekat dari daerah senggigi dan sekitarnya.
Setelah menempuh perjalanan 15 menit anda akan mulai menempuh jalur yang berkelok dan hawa laut karena jalan yang anda lalui dekat dengan laut, anda akan melintasi Makam Keramat, tempat yang bagus untuk berfoto dengan latar belakang laut. Setelah itu, Anda juga akan melintasi sebuah pura di yang menjorok ke laut yaitu Pura Batu Bolong. Setelah melewati Pura Batu Bolong anda akan langsung masuk ke wilayah Senggigi yang terkenal dengan pasir putihnya. Jika anda mempunyai waktu anda bisa meneruskan perjalan melewati senggigi ke Desa Mangsit di sini akan kagum melihat pemandangan laut yang cantik dengan pohon kelapa sebagai penghiasnya, saran kami jangan lupa abadikan perjalan anda.
Jalan-Jalan ke Sekitar Objek Wisata
Jika anda berminat jalan-jalan di pintu bandara kedatangan ada bisa
menjumpai konter-konter informasi yang menyediakan paket wisata. Dan
bila anda berminat untuk jalan-jalan sendiri menggunakan taksi ada dua
pilihan yaitu dengan Lombok Taksi ( Telp. 627000 ) atau Lendang Express
taksi ( Telp. 644444 )
Ada banyak kegiatan yang dapat anda lakukan untuk melengkapi liburan anda dengan menggunakan pemandu-pemandu wisata setempat yang bisa anda percaya dan anda bisa menyewa mobil lengkap dengan sopirnya atau sepeda motor yang merupakan alternatif lain untuk menikmati keindahan pulau dari sudut yang lain.
Ada banyak kegiatan yang dapat anda lakukan untuk melengkapi liburan anda dengan menggunakan pemandu-pemandu wisata setempat yang bisa anda percaya dan anda bisa menyewa mobil lengkap dengan sopirnya atau sepeda motor yang merupakan alternatif lain untuk menikmati keindahan pulau dari sudut yang lain.
Restoran dan Jajanan
Jika
anda menyukai makanan seperti Pizza Itali yang di buat dari kayu bakar
maka tidak ada salahnya anda mencoba di Cafe Alberto yang berlokasi di
sebelah timur Senggigi dan Cafe Lotus yang berlokasi di Pasar Seni yang
langsung berhadapan dengan pantai.
Untuk makanan lokal anda bisa
mencicipi masakan Cak Poer yang buka dari jam 19.00 PM sampai larut yang
berlokasi di samping Kantor Pos depan Bank BNI. Dan untuk makanan 24
jam anda bisa datang ke Rumah Padang yang berlokasi di depan Taman
Restaurant.
Bagi
anda yang ingin mencicipi makanan di ala kaki lima, banyak juga
terdapat warung-warung pinggir jalan. Anda bisa memilih sesuai selera
karena disini terdapat banyak pilihan dengan tempat yang bersih dan
suasana cukup nyaman.
Kehidupan Malam Di Senggigi
Di
Senggigi juga banyak terdapat tempat hiburan, sebagian hotel-hotel juga
memanjakan tamu mereka dengan live musik atau musik akustik dari
penyanyi setempat. Dan untuk diskotik, anda bisa mencoba Marina Pub,
Sahara, Gosip dan Lian. Bila sudah larut malam banyak restaurant yang
mempunyai fasilitas live music seperti Papaya restaurant, Happy Cafe
Restaurant dan lain-lain.
Sarana umum dan Informasi
Jika anda membutuhkan sarana informasi seperti ingin bersurat, anda bisa
menemukan Kantor Pos yang berlokasi di sebelah Lombok Intan Village
Hotel. Di sekitar sini, banyak yang menawarkan jasa pelayanan serta
pernak pernik untuk oleh-oleh. Di sebelah Puri Saron Hotel Kerandangan
juga terdapat puskesmas serta Puskesmas Meninting yang berjarak 10 menit
dari Senggigi menggunakan kendaraan umum atau pribadi.
Untuk Bank dan ATM, anda bisa menjumpainya di deretan mini market depan kantor pos dan ATM. Banyak tempat ATM yang bisa Anda gunakan disini seperti ATM BCA, ATM BNI, ATM MANDIRI.
Kantor Polisi terletak di pasar seni dekat dengan hotel Sheraton Senggigi, untuk layanan telepon anda bisa mengunjungi wartel Millennium Intertnet sekaligus bagi anda yang berminat untuk mencari warnet dan Hotspot voucher bagi yang membawa laptop. Dan bagi anda yang membawa Hp jangan kawatir banyak konter-konter pengisian pulsa tersedia sepanjang jalan Senggigi
Untuk Bank dan ATM, anda bisa menjumpainya di deretan mini market depan kantor pos dan ATM. Banyak tempat ATM yang bisa Anda gunakan disini seperti ATM BCA, ATM BNI, ATM MANDIRI.
Kantor Polisi terletak di pasar seni dekat dengan hotel Sheraton Senggigi, untuk layanan telepon anda bisa mengunjungi wartel Millennium Intertnet sekaligus bagi anda yang berminat untuk mencari warnet dan Hotspot voucher bagi yang membawa laptop. Dan bagi anda yang membawa Hp jangan kawatir banyak konter-konter pengisian pulsa tersedia sepanjang jalan Senggigi
Makam Loang Baloq
Hubungan masyarakat Sasak dan sejumlah makam keramat (tempat yang
diberikan kharomah), sangat erat. Masyarakat Sasak misalnya, memiliki
keterikatan emosional dengan makam nenek moyangnya. Karena itu, makam
merupakan tempat yang dianggap memberikan nilai spiritualitas yang lebih
bagus pada saat mereka melakukan hajatan. Tidak jarang, makam dijadikan
tempat bernazar meminta sesuatu dan menimba ilmu.
Salah satunya
di makam loang baloq. Loang Baloq bukanlah nama seseorang, tapi Loang Balok merupakan bahasa Sasak yang berarti pohon beringin yang berlubang.
Pohon beringin itu sendiri diyakini sudah berumur ratusan tahun,
terlihat akar dan batang yang sangat tua. Makam
Loang Baloq sebenarnya komplek pemakaman. Di komplek makam itu telah
bersemayam puluhan jasad dan di lingkungan makam ditumbuhi sejumlah
pohon kamboja layaknya pemakaman-pemakaman pada umumnya.
Namun, dari makam -makam yang ada, ada tiga makam yang dikeramatkan. Makam tersebut satu diantaranya berada di dalam lubang besar yang terbentuk dari akar-akar pohon beringin, satu lainnya di lubang sisi lain, dan satu lainnya lagi disamping pohon beringin.
Makam yang berada di lubang persis di bagian bawah pohon beringin adalah makam Maulana Syech Gaus Abdurrazak, sedangkan di lubang bagian samping makam Anak Yatim dan di bagian luar masih disamping pohon beringin terdapat makam Datuk Laut.
Makam Maulana Syech Gaus Abdurrazak sudah dikeramik putih, berbentuk empat persegi panjang dengan lubang di tengah. Di lubang tengah itulah para peziarah biasa menaburkan bunga. Meski makam itu sudah dikelilingi batang dan akar pohon beringin, tapi untuk masuk ke makam tersebut telah dibangun pintu masuk tersendiri. Di samping pintu masuk, telah disiapkan air untuk peziarah. Disamping pintu masuk juga telah tersedia mushola.
Sedangkan makam Anak Yatim berada di luar, disamping makam Maulana Syech Abdurrazak. Makam yang masih dilingkupi batang dan akar pohon beringin itu, berada dibagian luar, hanya bersekat akar dan bagian batang pohon beringing. Ukurannya pun relatif kecil. Sementara makam Datuk Laut, tidak berada langsung di bawah pohon beringin, tapi disamping makam Anak Yatim. Makam yang sudah dikeramik hitam itu berada di dalam bangunan permanen berukuran sekitar 3X4 meter.
Data Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota Mataram, berdasarkan sejarah, pada tahun 1866, seorang ulama besar bernama Maulana Syech Gaus Abdurrazak yang berasal dari jazirah Arab datang ke Palembang. Dari Palembang, ulama besar itu melanjutkan perjalanan dan mendarat di pesisir Pantai Ampenan, Kota Mataram. Ketika berada di daerah itu Maulana Syech Gaus Abdurrazak menyampaikan petuah-petuah yang bersumber pada ajaran Islam. Ajaran tersebut sangat dipercaya oleh masyarakat, tidak hanya di Mataram tapi juga di Pulau Lombok.
Namun, dari makam -makam yang ada, ada tiga makam yang dikeramatkan. Makam tersebut satu diantaranya berada di dalam lubang besar yang terbentuk dari akar-akar pohon beringin, satu lainnya di lubang sisi lain, dan satu lainnya lagi disamping pohon beringin.
Makam yang berada di lubang persis di bagian bawah pohon beringin adalah makam Maulana Syech Gaus Abdurrazak, sedangkan di lubang bagian samping makam Anak Yatim dan di bagian luar masih disamping pohon beringin terdapat makam Datuk Laut.
Makam Maulana Syech Gaus Abdurrazak sudah dikeramik putih, berbentuk empat persegi panjang dengan lubang di tengah. Di lubang tengah itulah para peziarah biasa menaburkan bunga. Meski makam itu sudah dikelilingi batang dan akar pohon beringin, tapi untuk masuk ke makam tersebut telah dibangun pintu masuk tersendiri. Di samping pintu masuk, telah disiapkan air untuk peziarah. Disamping pintu masuk juga telah tersedia mushola.
Sedangkan makam Anak Yatim berada di luar, disamping makam Maulana Syech Abdurrazak. Makam yang masih dilingkupi batang dan akar pohon beringin itu, berada dibagian luar, hanya bersekat akar dan bagian batang pohon beringing. Ukurannya pun relatif kecil. Sementara makam Datuk Laut, tidak berada langsung di bawah pohon beringin, tapi disamping makam Anak Yatim. Makam yang sudah dikeramik hitam itu berada di dalam bangunan permanen berukuran sekitar 3X4 meter.
Data Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota Mataram, berdasarkan sejarah, pada tahun 1866, seorang ulama besar bernama Maulana Syech Gaus Abdurrazak yang berasal dari jazirah Arab datang ke Palembang. Dari Palembang, ulama besar itu melanjutkan perjalanan dan mendarat di pesisir Pantai Ampenan, Kota Mataram. Ketika berada di daerah itu Maulana Syech Gaus Abdurrazak menyampaikan petuah-petuah yang bersumber pada ajaran Islam. Ajaran tersebut sangat dipercaya oleh masyarakat, tidak hanya di Mataram tapi juga di Pulau Lombok.
Makam-makan tersebut hingga kini sering dikunjungi para peziarah dari
Pulau Lombok maupun dari daerah lain. Para peziarah yang datang ke
makam biasanya berdoa semoga arwah beliau diterima disisi Allah Swt. Makam
Loang Baloq berada di Kelurahan Tanjung Karang, Ampenan, Kota Mataram.
Komplek makam itu tidak jauh dari pusat kota Mataram, hanya sekitar tiga
kilometer. Untuk menuju komplek makam Loang Balok, sangat
mudah, karena kompek makam dan pantai Ampenan hanya terbelah oleh jalan
lingkar Kota Mataram yang sudah beraspal.
Pemukiman Tradisional Desa Segenter
Tak hanya kebudayaannya saja yang unik,
Suku Sasak ternyata juga mengenal ilmu tata ruang sejak jaman lampau.
Terlihat dari kearifan mereka dalam menata ruang pemukiman. Berkunjung
ke Desa Segenter, Anda akan menyaksikan rumah-rumah tradisional Suku Sasak yang tertata dengan rapi. Seakan-akan Anda sedang berada di real-estate bernuansa tradisional.
Pulau Lombok dengan penduduk sukunya, yaitu Suku Sasak, memang menjadi daya tarik
tersendiri bagi wisatawan. Tak cuma tempat wisata Pulau Lombok yang
mengagumkan, namun kebudayaannya yang unik juga menimbulkan rasa
penasaran. Di Pulau Lombok ini, terdapat dua tempat yang dikenal sebagai
pemukiman adat Suku Sasak. Yaitu Desa Adat Sade dan Desa Adat Segenter.
Desa Adat Sade terletak di Lombok bagian Selatan, termasuk dalam
wilayah administrasi Kabupaten Lombok Tengah. Sedangkan Desa Adat
Segenter terletak di sisi Pulau Lombok bagian Utara, berada di wilayah
Kabupaten Lombok Utara. Dari kedua desa tersebut, Desa Adat Segenter
berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Karena keasliannya mulai
pudar. Berkunjunglah ke Desa Adat Segenter selagi Anda masih bisa
menyaksikan peninggalan kebudayaan dan kearifan lokalnya.
Tanjung Bloam
Bosan dengan pantai dan panorama alam
yang itu-itu saja? Jelajahilah Lombok Selatan, Nusa Tenggara Barat dan
dapatkan beberapa tempat tersembunyi yang panoramanya indah memesona.
Salah satu diantara banyaknya pantai yang masih perawan itu ada Tanjung
Bloam yang berada sejalur dengan Pantai Kaliantan dan Tanjung Ringgit
Tanjung Bloam adalah daerah konservasi
penyu yang memiliki habitat di sekitar tebing dan berada di sepanjang
garis pantai yang terbentang dari ujung utara hingga ujung selatan.
Selain itu, tempat ini memiliki keindahan alam yang masih natural karena
belum banyak dikunjungi wisatawan. Begitu sampai di Tanjung Bloam, Anda
akan disuguhi hamparan pasir putih yang lembut. Air lautnya biru dan
sangat jernih. Panorama ini sesekali disela dengan nelayan yang hilir
mudik mencari ikan dengan menggunakan perahu kayu di pantai.
Daya tarik Tanjung Bloam adalah keindahan
batu padas yang menakjubkan. Dua tebing batu padas mengapit pantai
Tanjung Bloam yang eksotis. Pada bagian kiri, tebing berbentuk seperti
kue bakpao. Sedang pada sisi kanan, tebing berbentuk tak beraturan dan
menjorok ke arah pantai. Warna tebing yang kekuningan dipadu dengan
warna hitam membuatnya terlihat sangat kontras dengan warna air laut
yang biru. Bagi penghobi fotografi, Tanjung Bloam adalah tempat yang
sayang untuk dilewatkan. Berjalanlah ke sekitar bibir pantai. Dengan
angin pantai yang sesekali menerpa, arahkan kamera Anda untuk mencari
angle-angle yang indah. Keindahan pantai dan alam sekitar semakin
terlihat jika kita naik ke bukit di bagian barat pantai. Panorama
Tanjung Bloam mirip dengan Tanjung Ringgit yang juga dikelilingi dengan
bukit batu. Dari sudut inilah, hamparan pantai yang luas bisa Anda lihat
dengan jelas. Berfoto dengan latar belakang pantai Tanjung Bloam di
ketinggian ini pasti akan menjadi kenangan yang sulit dilupakan.
Berbeda dengan Gili Sunut
yang mempunyai ombak landai, ombak Tanjung Bloam cukup besar. Jika
tidak ingin terbawa arus, lebih baik bersantai di bibir pantai sambil
melihat pemandangan yang indah. Untuk mencapai tempat ini, kita akan
menghabiskan waktu tempuh 2,5 jam dari Mataram. Nah, sebelum sampai
Tanjung Ringgit, berbeloklah ke kanan. Ada sebuah jalan kecil yang hanya
bisa dilalui 1 mobil saja. Sekitar 500 meter dari tikungan itu terdapat
sebuah pendopo kecil tanda bahwa kita sudah sampai ke Tanjung Bloam.
Beberapa ruas jalan yang belum diaspal, berdebu dan berkerikil membuat
Tanjung Bloam seperti jauh dari jangkauan. Selama menuju lokasi, kita
akan disuguhi pemandangan tandus kawasan ini. Tidak seperti belahan
Lombok lain yang berkelimpahan air, jalanan menuju Tanjung Bloam
cenderung gersang dan tandus.
Keindahan Pantai Tangsi Yang Berpasir 'Pink'
Pantai Tangsi, Lombok Timur
Sejak Pulau Komodo mulai dikenal kepopuleran Pink Beach yang berada
di sana juga semakin dijadikan tujuan utama wisatawan yang melancong ke
Flores. Tapi ternyata tidak hanya di Pulau Komodo ada pantai yang
memiliki pasir berwarna merah muda, Lombok juga punya pantai seperti itu
yang bernama Pantai Tangsi. Pantai ini terletak di wilayah Lombok
Timur, bila di peta peta ini ada di sebelah kanan bagian bawah Pulau
Lombok. Pariwisata di daerah Lombok Timur saat ini sedang mulai
digandrungi anak muda terutama para backpacker karena ternyata banyak
menyimpan panorama menakjubkan terutama segi pantai dan lautnya.
Pantai Tangsi sendiri berada di daerah Jerowaru, Lombok Timur yang
merupakan wilayah untuk pantai-pantai eksotik lainnya seperti Ekas,
Kaliantan dan juga Tanjung Ringgit. Dari Mataram kita bisa menggunakan
mobil pribadi atau rental dengan perjalanan menyusuri Praya kemudian
sampai di wilayah kecamatan ini dengan ciri-ciri banyak pertigaan yang
kiri kanannya sawah. Untuk meminimalisir resiko tersasar lebih baik
selama perjalanan banyak bertanya pada warga khususnya bila mengenai
pertigaan. Lebih baik lagi bila kita menyewa mobil beserta fasilitas
supirnya yang merupakan orang lokal jadi lebih mengetahui medan.
Biasanya bila bertanya kepada warga yang pertama adalah jalan menuju
Pantai Kaliantan yang lebih dikenal warga sekitar. Akan ada pertigaan di
mana bila menuju Pantai Kaliantan kita lurus dan bila ke Pantai Tangsi
kita harus belok kiri. Saat ini bila kebingungan saat menemukan
pertigaan tersebut tanya kepada warga tentang lokasi Tanjung Ringgit, di
sekitar Jerowaru belom banyak yang mengetahui Pantai Tangsi padahal
rutenya sejalan.
Pesona Gili Nanggu
Setiap orang yang mengunjungi Pulau Lombok di Provinsi Nusa Tenggara
Barat (NTB) pasti akan ke pulau atau gili, di mana dua gili yang
terkenal adalah Gili Trawangan dan Gili Meno.
Bagi yang sudah
bosan dengan kedua gili tersebut ternyata ada gili lain yang masih
sangat sepi dan termasuk privat. Tidak banyak aktivitas kecuali para
wisatawan yang bermain di pantai. Ya gili ini adalah Gili Nanggu, sebuah
pulau kecil yang memberikan keindahan pantai dan sekitarnya yang tidak
kalah indahnya dibandingkan gili-gili yang lain.
Pulau Lombok juga
memiliki kemegahan alam bahari yang memesona. Pantai Senggigi serta
pulau-pulau mungil atau gili yang tersebar di sekitar pulau ini
menyimpan pesona yang menakjubkan.
Selain di kawasan Gili
Trawangan, Gili Meno, Gili Air yang reputasinya telah mendunia, di
kawasan Lombok Barat juga terdapat gili lain yang bisa disinggahi, yaitu
Gili Nanggu.
Gili Nanggu berada di Selat Lombok atau di pesisir
barat Pulau Lombok. Secara administratif, pulau ini berada di wilayah
Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat.
Untuk mencapai Gili
Nanggu cukup mudah. Dari Mataram, wisatawan bisa menuju Pelabuhan Lembar
yang berjarak sekitar 27 km, dengan kendaraan, dan selanjutnya
menggunakan perahu atau speedboat selama 35 hingga 45 menit.
Atau,
bisa juga melalui rute lain, yaitu lewat Tawun, di Sekotong, yang
berjarak 47 km, dengan kendaraan dan kemudian menggunakan speedboat
selama 15 menit. Sekotong juga dapat diakses langsung dari Bandara
Internasional Lombok (BIL) dengan waktu tempuh antara 45 menit sampai
satu jam saja.
Layaknya Gili Trawangan, di Gili Nanggu terdapat
pantai cantik dengan hamparan pasirnya yang putih serta lautnya yang
biru. Suasana alamnya yang hening, membuat pulau ini menjadi pilihan
yang tepat bagi para pasangan yang ingin berbulan madu. Matahari
tenggelam merupakan momen yang paling indah di pulau seluas sekitar 8
hektar ini.
Bagi mereka yang ingin berlama-lama ataupun ingin
menyepi di Gili Nanggu tak perlu merasa khawatir. Sebab, di pulau ini
telah tersedia fasilitas akomodasi modern. Selain memiliki pilihan
akomodasi yang beragam, resor ini turut dilengkapi dengan berbagai
fasilitas pendukung, mulai dari wahana watersports, jogging trek,
perlengkapan diving atau snorkeling yang bisa digunakan oleh segenap wisatawan.
Rinjani
dan Gili Nanggu adalah potret indah milik Lombok, sekaligus salah satu
mahakarya dari Sang Pencipta yang ada di bumi Nusantara. Karenanya,
semua anugerah ini patut dijaga kelestariannya agar senantiasa berguna
dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
Rebo Buntung, Ritual Menjaga Keseimbangan Alam
Setiap hari rabu terakhir bulan Safar dalam Kalendar Hijriah, Kawasan
Pantai Tanjung Menangis, Desa Ketapang, Kecamatan Pringgabaya,
Kabupaten Lombok Timur, menjadi perhatian ribuan orang. Mereka berkumpul
untuk menggelar rangkaian ritual Rebo Buntung dan Tetulaq Tamperan.
Dalam kebudayaan masyarakat Lombok, ritual ini adalah untuk menolak
bala dan bentuk syukur kepada Tuhan atas semua nikmat yang diberikan. Di
tiap tahunnya, tradisi ini dilaksanakan hanya di tiga tempat di Sungai
Jangkuk (Dasan Agung, Kota Mataram), Pantai Tanjung Menangis
(Pringgabaya, Lombok Timur), dan di Desa Kuranji (Labuapi, Lombok
Barat). Ritual Rebo Buntung dan Tetulaq Tamperan di Pantai Tanjung
Menangis sendiri, pelaksanaannya melewati rangkaian-rangkaian selama
beberapa hari, dan puncaknya pada hari Rabu pada minggu itu.
Dalam prosesinya, segenap lapisan masyarakat, termasuk tokoh adat
berkumpul di Pantai Tanjung Menangis, Ketapang, untuk melarung atau
melepas kepala sapi – di awal-awal pelaksanaannya menggunakan kepala
kerbau – ke tengah laut. Selain kepala sapi, ada juga pesaji/sesaji
lainnya yang dipersiapkan. Pesaji/sejaji berupa hasil bumi seperti padi,
buah-buahan, daun sirih, ayam hidup dan lainnya. Kepala sapi dan
seluruh sesaji lainnya itu kemudian di buang ke laut menggunakan perahu.
Setelah itu, masyarakat yang sudah mengikuti rangkaian acara dari pagi
beramai-ramai mandi ke laut yang dipercaya sebagai cara untuk
membersihkan diri dari sikap negatif, serta melahirkan kedamaian dalam
kehidupan bermasyarakat.
Tapi keseluruhan, tujuan luhur dari Ritual Rebo Buntung dan Tetulaq
Tamperan yang berdasarkan catatan sejarah sudah berusia 144 tahun itu
sebenarnya adalah bentuk kesadaran dari dulu, dari nenek moyang warga
Pringgabaya hingga sekarang, yang percaya bahwa kehidupan mereka tidak
bisa lepas dari alam. Mereka percaya bahwa semua yang diperoleh berasal
dari alam dan harus dikembalikan ke alam.
Ogoh-Ogoh
"Ogoh-Ogoh" merupakan karya seni patung dalam kebudayaan yang tidak saja ada di Bali banun juga di Lombok yang menggambarkan kepribadian "Bhuta Kala"
dan sudah menjadi ikon ritual yang secara tradisi sangat penting dalam
penyambutan Hari Raya Nyepi atau Tahun Baru Saka. Seluruh umat Hindu
Dharma akan bersukaria menyambut kehadiran tahun baru itu dengan
mengarak-arakan "ogoh-ogoh" yang dibarengi dengan perenungan tentang yang telah terjadi dan sudah dilakukan selama ini. Pada saat "Pangrupukan"
atau sehari menjelang Hari Raya Nyepi, peristiwa dan prosesinya setiap
tahunnya sama yaitu pada setiap Banjar (pemangku adat setingkat
Kelurahan) di Lombok akan berlomba dalam hal membuat "ogoh-ogoh" semenarik mungkin. Bila pembuatannya lebih bernilai seni, rumit, dan lebih mutakhir, maka "ogoh-ogoh" itu diharapkan bisa menaikkan martabat Banjar yang membuatnya.
Fungsi utama "ogoh-ogoh" adalah sebagai representasi Bhuta Kala yang dibuat menjelang perayaan Hari Raya Nyepi, dimana "ogoh-ogoh" tersebut akan diarak beramai-ramai keliling banjar atau desa pada senja hari, sehari sebelum Hari Raya Nyepi (Pangrupukan).
Menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, prosesi ini
melambangkan keinsyafan diri manusia akan kekuatan alam semesta dan
waktu yang maha dashyat. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan "Bhuana Agung" (alam raya) dan "Bhuana Alit" (diri manusia). Dalam pandangan filsafat (tattwa),
kekuatan tersebut dapat mengantarkan makhluk hidup di alam raya,
khususnya manusia dapat menuju kebahagiaan atau kehancuran. Semua itu
tergantung pada niat luhur manusia, sebagai makhluk Tuhan yang paling
mulia dalam menjaga dirinya sendiri serta seisi dunia.
Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala melambangkan kekuatan alam semesta (bhu) dan waktu (kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan. Dalam perwujudan patung yang dimaksud, "Bhuta Kala" digambarkan sebagai sosok yang besar menakutkan dan pada umumnya berupa wujud raksasa (rakshasa). Raksasa adalah bangsa pemakan daging manusia atau kadang-kadang sebagai bangsa kanibal dan dilukiskan dalam "Yakshagana", sebuah seni populer dari "Karnataka". Menurut mitologi Hindu dan Budha menyatakan, kata "rakshasa" mempunyai arti "kekejaman", yang merupakan lawan dari kata "raksha"
yang artinya "kesentosaan". Namun tidak semua raksasa memiliki
kepribadian yang kejam, seperti Wibisana, Hiranyaksa, dan Hiranyakasipu,
yang mendapat berkah dari dewa karena mereka memuja Dewa Brahma.
Menurut kitab Ramayana menguraikan, bahwa raksasa diciptakan dari kaki
Dewa Brahma. Sedangkan menurut kisah lain, mereka berasal dari tokoh Pulastya, Khasa, Nirriti, dan Nirrita.
Perang Topat, Simbol Kebersamaan Umat Islam dan Hindu di Lombok
Ini cerita tentang sebuah keseimbangan dan rasa syukur. Tentang
rumusan harmonisasi hidup di sebuah kota berusia tiga abad lebih
bernama Mataram, khususnya bagi pemeluk Hindu dan Muslim suku Sasak. Ada
begitu banyak cara untuk mewujudkan hubungan sosial yang manis. Tapi,
di ibu kota tanah Nusa Tenggara Barat ini, menghormati perbedaan
keyakinan dengan bersikap ramah atau saling tegur sapa saja tidaklah
cukup. Ada ritual rutin yang mesti dijalani. Ada prosesi
yang tak pernah ditinggalkan. Tradisi yang justru menepikan segala
omong-kosong tentang penghargaan terhadap perbedaan keyakinan. Sebab
ini adalah jalan bukti merakit kebersamaan.
Setiap tahun tepat ketika purnama tiba, saat bulan memasuki hitungan keenam dalam kalender Hindu, atau ketujuh bagi penganut suku Sasak muslim. Ritual cermin kerukunan itu pun digelar. Masyakat di Mataram menyebut ritual itu perang-topat. Sesungguhnya perang topat adalah bagian dari upacara pujawali. Bagi suku Sasak, Pujawali adalah prosesi mengenang syekh Kyai Haji Abdul Malik, salah seorang penyiar agama Islam di pulau Lombok. Sedangkan bagi umat Hindu, pujawali adalah memuja Tuhan berulang kali setiap tahun. Dan di Mataram, kedua umat ini tak ingin berjalan sendiri-sendiri. Agama mereka boleh berbeda tapi adat telah melahirkan dan membuat mereka larut dalam kebersamaan menuju puncak perang esok hari.
Pura Lingsar. Pura ini berdiri pada pertengahan abad 18 atas gagasan Raja Anak Agung Ngurah dari kerajaan Karang Asem, Bali, yang ketika itu memerintah bagian barat Pulau Lombok. Di sekitar pura inilah seribu lebih umat Islam dan Hindu bakal terlibat atraksi perang topat atau aksi saling lempar dengan menggunakan ketupat. Perang kolosal yang sejatinya menjadi ajang pembauran antara dua agama besar di Pulau Lombok. Sebelum abad ke 16 Lombok berada dalam kekuasan Majapahit dengan dikirimkannya Maha Patih Gajah Mada. Pengaruh Jawa Islam muncul lewat dakwah Sunan Giri di pengujung abad 17. Hal ini sedikit banyak mempengaruhi perubahan agama suku Sasak yang sebelumnya Hindu menjadi Islam.
Setiap tahun tepat ketika purnama tiba, saat bulan memasuki hitungan keenam dalam kalender Hindu, atau ketujuh bagi penganut suku Sasak muslim. Ritual cermin kerukunan itu pun digelar. Masyakat di Mataram menyebut ritual itu perang-topat. Sesungguhnya perang topat adalah bagian dari upacara pujawali. Bagi suku Sasak, Pujawali adalah prosesi mengenang syekh Kyai Haji Abdul Malik, salah seorang penyiar agama Islam di pulau Lombok. Sedangkan bagi umat Hindu, pujawali adalah memuja Tuhan berulang kali setiap tahun. Dan di Mataram, kedua umat ini tak ingin berjalan sendiri-sendiri. Agama mereka boleh berbeda tapi adat telah melahirkan dan membuat mereka larut dalam kebersamaan menuju puncak perang esok hari.
Pura Lingsar. Pura ini berdiri pada pertengahan abad 18 atas gagasan Raja Anak Agung Ngurah dari kerajaan Karang Asem, Bali, yang ketika itu memerintah bagian barat Pulau Lombok. Di sekitar pura inilah seribu lebih umat Islam dan Hindu bakal terlibat atraksi perang topat atau aksi saling lempar dengan menggunakan ketupat. Perang kolosal yang sejatinya menjadi ajang pembauran antara dua agama besar di Pulau Lombok. Sebelum abad ke 16 Lombok berada dalam kekuasan Majapahit dengan dikirimkannya Maha Patih Gajah Mada. Pengaruh Jawa Islam muncul lewat dakwah Sunan Giri di pengujung abad 17. Hal ini sedikit banyak mempengaruhi perubahan agama suku Sasak yang sebelumnya Hindu menjadi Islam.
Gamelan
Gamelan bisa dikatakan sebagai alat musik yang hampir menyebar di
seluruh wilayah kepulauan Indonesia. Gamelan berada di Pulau Jawa,
Kalimantan, Lombok dan Bali. Gamelan di wilayah Lombok merupakan musik
akulturasi kebudayaan Bali dan etnis sasak. Dalam musik gamelan ini
sangat terlihat jelas pengaruh musik Bali pada warna musiknya. Hal ini
disebabkan karena pada sejarahnya, salah satu prajurit Bali telah
melakukan invasi ke daerah Lombik dalam rangka perluasan wilayah dan
berhasil menguasai Lombok. Sehingga kebudayaannya pun berasimilasi
dengan kebudayaan setempat.Salah satunya musik gamelan. Namun, menurut
para pakar dari sasak sendiri, gamelan di Lombok dan di Bali memiliki
beberapa perbedaan dalam nada dan sebagainya. Meskipun untuk orang awam,
perbedaan ini mungkin tidak terlalu signifikan.
Berbeda dengan Gendang Beleq yang dimainkan sambil berdiri atau berjalan, gamelan dimainkan dengan duduk. Pada zaman dahulu, gamelan dimainkan hanya di keraton – keraton sebagai hiburan raja.
Instrumen yang ada di gamelan antara lain :
a. Saron berjumlah 6 buah
b. Kantil berjumlah 2 buah
c. Pugah berjumlah 1 buah
d. Barangan / Trompong berjumlah 11 buah
e. Calong berjumlah 2 buah
f. Rinciq berjumlah 1 buah
g. Pethuk berjumlah 1 buah
h. Gong berjumlah 2 buah
i. Jibraq berjumlah 2 buah
j. Seluring besar berjumlah 1 buah
k. Seruling kecil berjumlah 1 buah
l. Gendang berjumlah 2 buah
Gamelan, oleh masyarakat sasak dan pemainnya dianggap mempunyai nilai supranatural maupun magic. Oleh karena itu, tidak boleh dimainkan secara sembarangan. Sebelum dimainkan, alat – alat gamelan harus melewati prosesi tertentu. Di daerah ini ada kepercayaan yang mengharuskan untuk memberikan sesaji sebelum gamelan dimainkan. Sesaji ini disiapkan oleh yang punya hajat (pengundang gamelan). Prosesi ini membutuhkan uba rampe berupa ayam, kemenyan, minyak, beras, berbagai bunga, daun sirih dan sebagainya. Apabila salah satu kebutuhan sesaji itu tidak terpenuhi, gamelan tidak akan dibunyikan sampai dipenuhi. Menurut kepercayaan salah satu pemilik grup gamelan di desa Lendang Nangka ini, apabila sesaji tersebut tidak dipenuhi, akan ada beberapa gangguan bagi masyarakat maupun pemilik hajat.
Setelah diadakan prosesi, gamelan tidak boleh dimainkan sebelum ada yang memukul gong sebanyak 3 kali. Setelah gong dipukul, pemain gamelan akan mengambil posisinya masing – masing kemudian gamelan akan dimainkan dengan ditandai dengan dimainkannya pugah sebagai pembawa melodinya.
Prosesi dan aturan supranatural tersebut tidak hanya berlaku pada saat gamelan dimainkan, tetapi juga pada saat proses pembuatan gamelan. Pada saat pembutannya, sesaji juga harus diberikan dan diganti secara periodik sampai gamelan jadi. Selain itu, beberapa aturan juga berlaku dalam pembuatan gamelan. Salah satu contohnya adalah, gamelan yang belum selesai dibuat tidak boleh dilihat siapapun, terutama untuk kaum wanita. Bahkan, untuk wanita yang mengalami menstruasi, melihat gamelan pada saat pembuatan haram hukumnya atau sangat dilarang.
Berbeda dengan Gendang Beleq yang dimainkan sambil berdiri atau berjalan, gamelan dimainkan dengan duduk. Pada zaman dahulu, gamelan dimainkan hanya di keraton – keraton sebagai hiburan raja.
Instrumen yang ada di gamelan antara lain :
a. Saron berjumlah 6 buah
b. Kantil berjumlah 2 buah
c. Pugah berjumlah 1 buah
d. Barangan / Trompong berjumlah 11 buah
e. Calong berjumlah 2 buah
f. Rinciq berjumlah 1 buah
g. Pethuk berjumlah 1 buah
h. Gong berjumlah 2 buah
i. Jibraq berjumlah 2 buah
j. Seluring besar berjumlah 1 buah
k. Seruling kecil berjumlah 1 buah
l. Gendang berjumlah 2 buah
Gamelan, oleh masyarakat sasak dan pemainnya dianggap mempunyai nilai supranatural maupun magic. Oleh karena itu, tidak boleh dimainkan secara sembarangan. Sebelum dimainkan, alat – alat gamelan harus melewati prosesi tertentu. Di daerah ini ada kepercayaan yang mengharuskan untuk memberikan sesaji sebelum gamelan dimainkan. Sesaji ini disiapkan oleh yang punya hajat (pengundang gamelan). Prosesi ini membutuhkan uba rampe berupa ayam, kemenyan, minyak, beras, berbagai bunga, daun sirih dan sebagainya. Apabila salah satu kebutuhan sesaji itu tidak terpenuhi, gamelan tidak akan dibunyikan sampai dipenuhi. Menurut kepercayaan salah satu pemilik grup gamelan di desa Lendang Nangka ini, apabila sesaji tersebut tidak dipenuhi, akan ada beberapa gangguan bagi masyarakat maupun pemilik hajat.
Setelah diadakan prosesi, gamelan tidak boleh dimainkan sebelum ada yang memukul gong sebanyak 3 kali. Setelah gong dipukul, pemain gamelan akan mengambil posisinya masing – masing kemudian gamelan akan dimainkan dengan ditandai dengan dimainkannya pugah sebagai pembawa melodinya.
Prosesi dan aturan supranatural tersebut tidak hanya berlaku pada saat gamelan dimainkan, tetapi juga pada saat proses pembuatan gamelan. Pada saat pembutannya, sesaji juga harus diberikan dan diganti secara periodik sampai gamelan jadi. Selain itu, beberapa aturan juga berlaku dalam pembuatan gamelan. Salah satu contohnya adalah, gamelan yang belum selesai dibuat tidak boleh dilihat siapapun, terutama untuk kaum wanita. Bahkan, untuk wanita yang mengalami menstruasi, melihat gamelan pada saat pembuatan haram hukumnya atau sangat dilarang.
Bau Nyale, Mitos Yang Jadi Tradisi Budaya Lombok
Sebuah tradisi dalam suatu budaya memang tidak terpisahkan dengan
mitos atau legenda yang mengiringi tradisi tersebut. Para leluhur
mewarisi tradisi tersebut dari generasi ke generasi sehingga menjadi
sebuah ritual yang dalam sebuah kebudayaan. Hal tersebut sama halnya
terjadi pada masyarakat Pulau Lombok yang juga memiliki ritual tahunan
yang menjadi sebuah festival yang dilatarbelakangi oleh legenda.
Adalah
Festival Bau Nyale yang menjadi festival rutin masyarakat Pulau Lombok.
Festival ini diadakan tepat di 16 titik pantai Selatan Lombok Tengah
yang memanjang sejauh puluhan kilometer dari arah Timur hingga barat
seperti di Pantai Kaliantan, Pantai Kuta atau Pantai Selong Belanak.
Namun biasanya Pantai Seger di Desa Kuta, Kecamatan Pujut Lombok Tengah
yang biasanya menjadi lokasi festival tahunan ini.
Festival Nyale (source: google.com) |
Festival
Bau Nyale memang festival yang berdasarkan pada sebuah legenda. Nyale
sendiri berasal dari nama sejenis cacing laut yang biasa hidup di dasar
laut atau lubang-lubang batu karang. Menurut cerita masyarakat setempat
Nyale adalah jelmaan dari rambut Putri Mandalika.
Putri
Mandalika sendiri adalah seorang putri raja di Pulau Lombok.
Kecantikannya ternyata memukau banyak pangeran di Pulau Lombok sehingga
banyak pinangan yang menghampiri dirinya. Karena bingung, Sang Putri
memutuskan untuk menceburkan diri ke Pantai Selatan. Setelah kejadian
tersebut, setiap tahun munculah Nyale yang dipercaya sebagai jelmaan
dari rambut Putri Mandalika.
Ngawinang, Upacara Pernikahan Adat Lombok
Upacara perkawinan di Lombok Timur memiliki keunikan dibandingkan dengan
upacara adat di tempat yang lainya, karena memiliki proses yang cukup
panjang. Adat perkawinan lombok dikaitkan dengan upacara sorong serah
aji krama. Seorang pemuda (terune) dapat memperoleh seorang istri
berdasarkan adat dengan dua cara yaitu dengan soloh (meminang kepada
keluarga si gadis). Yang kedua dengan adat merariq( melarikan si gadis),
dimana pihak pria (terune) mengambil wanita (dedare) yang akan dinikahi
ke rumah pihak pria tanpa sepengetahuan orang tuanya. Setelah salah
satu cara sudah dilakukan, maka keluarga pria akan melakukan tata cara
perkawinan sesuai dengan adat sasak. Proses ini kemudian akan diikuti
dengan “Mesejati” dimana kepala dusun (keliang) akan memberitahukan
kepada keluarga perempuan perihal dibawanya anak perempuan tersebut oleh
seorang laki-laki yang tinggal di dusunnya. Selang maksimal tiga hari
kemudian, dilanjutkan dengan proses “beselabar” dimana kadus dan
keluarga pihak laki-laki menemui keluarga pihak perempuan untuk meminta
ijin melangsungkan upacara pernikahan. Pembicaraan adat istiadatnya
meliputi aji kerama yang dalam proses ini dibicarakan tentang “uang
perari” yang merupakan uang yang diminta oleh calon pengantin perempuan
sebelum dilarikan. Jika belum ada permintaan “uang perari” sebelumnya,
maka orang tua perempuan memintakan “uang perari” sekaligus “uang
pisuke” yang dijadikan sebagai jaminan dan biaya penyelenggaraan pesta.
Jika semua permintaan keluarga pengantin perempuan telah disetujui pada saat “beselabar”, maka prosesi selanjutnya adalah “bait wali” dimana pihak pengantin laki-laki mengirimkan utusan dari pemuka agama untuk menyampaikan salam dari calon pengatin perempuan untuk orang tuanya agar datang untuk menikahkanya. Jika disetujui, maka orang tua perempuan akan datang sendiri dan keluarganya, namun jika tidak, maka orang tuanya menyerahkanya kepada utusan tersebut untuk menjadi wali nikah pengantin perempuan. Pada proses inilah kemudian dilangsungkan “ijab qabul”. Jika keseluruhan proses “bait wali” telah selesai, maka dilanjutkan dengan upacara “sorong serah”.
Jika semua permintaan keluarga pengantin perempuan telah disetujui pada saat “beselabar”, maka prosesi selanjutnya adalah “bait wali” dimana pihak pengantin laki-laki mengirimkan utusan dari pemuka agama untuk menyampaikan salam dari calon pengatin perempuan untuk orang tuanya agar datang untuk menikahkanya. Jika disetujui, maka orang tua perempuan akan datang sendiri dan keluarganya, namun jika tidak, maka orang tuanya menyerahkanya kepada utusan tersebut untuk menjadi wali nikah pengantin perempuan. Pada proses inilah kemudian dilangsungkan “ijab qabul”. Jika keseluruhan proses “bait wali” telah selesai, maka dilanjutkan dengan upacara “sorong serah”.
Rebana, Nyanyian Religi Lombok
Kebudayaan
Lombok timur identik dengan budaya islam karena sebagian masyarakatnya
beragama islam. Salah satu Sebuah bentuk alat musik akulturasi
kebudayaan bangsa Arab dengan etnis Sasak. Musik jenis ini banyak sekali
dijumpai di daerah Lombok. Seluruh alat (instrumen) orkestra ini
terbuat dari kulit dan kayu. Tetapi dalam perkembangannya ada yang
menambah alatnya dengan instrumen besi (rincik, kenceng).
Jumlah instrumen orkestra rebana ini tidak selalu sama. Ada yang hanya terdiri dari 12 buah, dan ada yang lainnya.
Nama – namanya adalah :
Musik rebana sering dipakai dalam mengiringi arak – arakan pengantin (nyongkol) yaitu arak – arakan pengantin pada waktu pesta perkawinan dimana penganten laki – laki dan penganten perempuan diarak dari rumah penganten laki ke rumah penganten perempuan. Selain itu juga digunakan untuk arakan khitanan. Pada arak – arakan khitanan, anak yang dikhitan akan dinaikkan dalam usungan berbentuk kuda yang disebut sebagai “jaran jorong”. Pada saat itulah, rebana mengiringi arak – arakan tersebut.
source: lendangnangkatour.blogspot.com
Jumlah instrumen orkestra rebana ini tidak selalu sama. Ada yang hanya terdiri dari 12 buah, dan ada yang lainnya.
Nama – namanya adalah :
- Ceroncong atas
- Pengempat atas
- Panglima atas
- Pemotoq tengaq
- Penengaq tengaq
- Ceroncong tengaq
- Pengempat tengaq
- Panglima tengaq
- Pemotoq bawaq
- Penengaq bawaq
- Ceroncong bawaq
- Pengempat bawaq
- Penglima bawaq
- Gegendang
- Kekenceng
Musik rebana sering dipakai dalam mengiringi arak – arakan pengantin (nyongkol) yaitu arak – arakan pengantin pada waktu pesta perkawinan dimana penganten laki – laki dan penganten perempuan diarak dari rumah penganten laki ke rumah penganten perempuan. Selain itu juga digunakan untuk arakan khitanan. Pada arak – arakan khitanan, anak yang dikhitan akan dinaikkan dalam usungan berbentuk kuda yang disebut sebagai “jaran jorong”. Pada saat itulah, rebana mengiringi arak – arakan tersebut.
source: lendangnangkatour.blogspot.com
Gendang Beleq, Sakralisasi Adat Suku Sasak
Gendang Beleq merupakan salah satu kesenian tradisional yang telah
sangat lama berkembang dan dikenal dengan baik oleh masyarakat suku
Sasak. Dalam perjalanannya, kesenian tradisional Gendang Bedeq telah
mengalami pasang surut perkembangan. Bahkan, dengan perkembangan yang
sangat pesat pada akhir-akhir ini, kesenian tradisional Gendang Beleq
telah tumbuh kembali menjadi kesenian yang sangat populer pada seluruh
lapisan masyarakat suku Sasak. Kesenian Gendang Beleq telah hadir dengan fungsi sebagai pelengkap
kebudayaan serta menjadi salah satu sarana pengungkap makna-makna luhur
kebudayaan. Pada sisi lain, kesenian Gendang Beleq memiliki potensi
yang sangat besar sebagai media pendidikan bagi masyarakat dan sebagi
salah satu sumber devisa bagi negara yang dengan sendirinya dapat pula
meningkatkan taraf hidup para seniman pendukungnya. Nama kesenian Gendang Beleq diambil dari salah satu alat musik yang
digunakan yaitu dua buah gendang berukuran besar dan panjang. Bentuk
kesenian tradisional Gendang Beleq yang kita temukan dewasa ini
merupakan perkembangan bentuk karena pengaruh kesenian Bali yaitu
Tawaq-Tawaq. Perubahan bentuk kesenian ini pertama kali terjadi sekitar
tahun 1800 M, ketika Anak Agung Gede Ngurang Karang Asem memerintah di
gumi Sasak.
Sebelumnya, kesenian Gendang Beleq hanya terdiri atas sebuah Jidur
(gendang besar yang berbentuk beduq), sebuah gong dan sebuah suling.
Demikian besar pengaruh kebudayaan Bali pada waktu itu, sehingga
peralatan kesenian ini berkembang sesuai dengan alat yang digunakan pada
kesenian tawaq-tawaq. Akan tetapi, agar tidak meninggalkan nilai-nilai
Islam, para seniman suku Sasak pada waktu itu tetap mempertahankan
bentuk gendang besar yang menyerupai beduq yang digunakan di masjid.
Selain itu, jumlah personil yang digunakan pun dibatasi pada jumlah 13
atau 17 orang pemain. Bilangan ini menunjukkan bilangan rakaat dalam
shalat. Demikian pula dengan tata cara memainkan alat ini merupakan
implementasi dari pelaksaan shalat berjamaah dan tuntunan hidup
bermasyarakat dengan nilai-nilai keislaman.
Subscribe to:
Posts (Atom)