Taman Narmada terletak di Desa Lembuak, Kecamatan Narmada, Kabupaten
Lombok Barat atau sekitar 10 kilometer sebelah timur Kota Mataram,
Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Taman yang luasnya sekitar 2
ha(hektar are) ini dibangun pada tahun 1727 oleh Raja Mataram Lombok,
Anak Agung Ngurah Karang Asem, sebagai tempat upacara Pakelem yang
diselenggarakan setiap purnama kelima tahun Caka(Oktober-November).
Selain tempat upacara, Taman Narmada juga digunakan sebagai tempat
peristirahatan keluarga raja pada saat musim kemarau.
Nama Narmada diambil dari Narmadanadi, anak Sungai Gangga yang sangat
suci di India. Bagi umat Hindu, air merupakan suatu unsur suci yang
memberi kehidupan kepada semua makhluk di dunia ini. Air yang memancar
dari dalam tanah(mata air) diasosiasikan dengan tirta amerta(air
keabadian) yang memancar dari Kensi Sweta Kamandalu. Dahulu kemungkinan
nama Narmada digunakan untuk menamai nama mata air yang membentuk
beberapa kolam dan sebuah sungai di tempat tersebut. Lama-kelamaan
digunakan untuk menyebut pura dan keseluruhan kompleks Taman Narmada.
Taman Narmada yang sekarang ini adalah hasil pembangunan dan
serangkaian perbaikan/pemugaran yang berlangsung dari waktu ke waktu.
Sewaktu para petugas dari Direktorat Perlindungan dan Pembinaan
Peninggalan Sejarah dan Purbakala bersama dengan para petugas Kantor
Wilayah Depdikbud Nusa Tenggara Barat meneliti dan mengumpulkan data
sebagai langkah awal pemugaran, mereka berpendapat bahwa pemugaran
secara menyeluruh tidak mungkin dilakukan. Banyak bagian yang telah
rusak terutama tebing-tebing kolam, taman, pagar maupun bangunan. Pada
tahun 1980 sampai 1988 rekonstruksi Taman Narmada dapat diselesaikan.
Setelah direkonstruksi oleh pemerintah melalui Ditjen Kebudayaan,
Direktorat Perlindungan dan pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Taman Narmada dijadikan sebagai
kompleks bangunan cagar budaya dengan daftar induk inventarisasi
peninggalan sejarah dan purbapakala pusat nomor 1839. Dengan demikian,
sesuai dengan peraturan yang berlaku kelestarian Taman Narmada
dilindungi oleh pemerintah. Kompleks Taman Narmada Kompleks Taman Narmada yang ada di Lombok itu
dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu gerbang utama, jabalkap,
telaga kembar, gapura gelang/paduraksa, mukedes, telaga padmawangi,
balai loji, balai terang, patandaan, bangunan sekepat, balai bancingah,
Pura Kelasa dan Pura Lingsar. Berikut ini akan diuraikan bagian-bagian
dari Taman Narmada dari gerbang utama.
Gerbang utama yang berbentuk gapura bentar dan berada di sebelah
utara. Setelah gerbang utama kita akan memasuki halaman jabalkap, yang
di dalamnya terdapat telaga kembar. Di bagian selatan jabalkap terdapat
sebuah gapura yang bernama Gapura Gelang atau Paduraksa yang
menghubungkan antara halaman jabalkap dengan halaman mukedes. Pada
halaman mukedes terdapat beberapa buah bangunan, antara lain Sanggah
Pura, Balai Pamerajan dan Balai Loji(salah satu diantara bangunan
kediaman raja). Di sebelah tenggara halaman mukedes terdapat gapura yang
menuju ke halaman pasarean. Di halaman paseran ini terdapat juga Balai
Loji, Telaga Padmawangi, Pawedayan, pawargan, Balai Terang. Balai Terang
adalah sebuah bangunan yang berfungsi sebagai tempat istirahat/tidur
raja, berbentuk panggung yang seluruhnya terbuat dari kayu. Bagian atas
bangunan yang terbuka dipergunakan untuk menikmati pemandangan ke arah
Meru pura di sebelah timurnya. Pintu dan jendela Balai Terang ini
bermotif bulan tunggal dan tumbuh-tumbuhan.
Di sebelah timur halaman pasarean terdapat Pura Kelasa atau Pura
Narmada. Bentuk arsitekturnya menyerupai punden berundak. Bagian yang
paling suci terdapat di halaman tengah pada undak yang paling atas (pura
di Bali umumnya halaman paling suci adalah yang paling belakang). Pura
ini tergolong pura jagat atau pura umum bagi semua penganut Hindu Dharma
dan merupakan salah satu di antara delapan pura tua di Pulau Lombok.
Pura Narmada terletak di atas tebing berundak-undak, sedang di bawah
lembah tebing terdapat kolam duyung dan telaga segara anak.
Sebelah selatan halaman pasarean terdapat halaman patandaan. Pada
halaman patandaan ini terdapat dua bangunan sakapat yaitu sejenis
wantilan atau panggung terbuka bertiang empat. Pada halaman inilah
sering diselenggarakan berbagai pertunjukan. Sedangkan di sebelah
selatan Patandaan terdapat halaman bancingah. Yang tertinggal di halaman
ini sekarang hanyalah tembok keliling halaman dengan dua gapura bentar. Unsur-unsur bangunan yang lain sebenarnya masih banyak, antara lain
pancuran sembilan (siwak) yang letaknya di atas Segara Anak. Bentuk
bangunannya dorogancet dengan dua bagian terpisah menyerupai bangunan
tradisional di Jawa Tengah. Bangunan ini termasuk bangunan sakral baik
bagi penganut Hindu Dharma maupun penganut Waktu Tilu.
Selain itu, ada pula Balai Petirtaan yang sumber mata airnya berasal
dari Gunung Rinjani. Balai Petirtaan juga merupakan tempat pertemuan
tiga sumber air, yakni Suranadi, Lingsar, dan Narmada. Karena mata
airnya berasal dari Gunung Rinjai dan tempat pertemuan tiga sumber mata
air lainnya, maka air yang ada di Balai Petirtaan dipercaya dapat
menjadikan orang yang meminum dan membasuh mukanya dengan air di situ
akan awet muda.
Bangunan-bangunan lain di kompleks Taman Narmada dalam wujud
pertamanan sudah sulit ditelusuri keasliannya. Menurut peta tahun 1899
taman di kompleks Taman Narmada diantaranya adalah: Taman Bidadari,
Taman Anyar, Taman Paresak, dan Taman Kelasa. Taman Anyar dan Taman
Kelasa saat ini telah menjadi perkampungan penduduk. Sedangkan Taman
Paresak saat ini telah menjadi kebun buah-buahan dengan tanaman utamanya
ialah buah manggis.
Sumber: Taman Narmada di wikipedia.org
No comments:
Post a Comment