Presean atau bertarung dengan rotan
adalah budaya dari Suku Sasak yang unik. Pada awalnya Presean hanya
dilakukan saat upacara adat yang selalu dilaksanakan pada bulan tujuh
(kalender Sasak) untuk meminta hujan. Namun kini Presean kerap dilakukan
pada perayaan hari kemerdekaan RI dan menjadi tontonan yang unik dan
diminati wisatawan.
Presean ini dilakukan oleh dua orang
lelaki Sasak yang bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) dan memakai
perisai sebagai pelindung yang terbuat dari kulit kerbau tebal yang
biasa disebut Ende. Pertarungan ini dipimpin oleh dua wasit. Yakni
Pakembar Sedi yaitu wasit yang berada di pinggi lapangan dan Pakembar
Tengaq, yaitu wasit
yang berada di tengah lapangan. Selama pertarungan
berlangsung, masing-masing petarung atau pepadu saling menyerang dan
menangkis sabetan lawan dengan menggunakan Ende. Petarungan diadakan
dengan sistem 5 ronde. Pemenang dalam Presean ditentukan dengan dua cara
yaitu ketika kepala atau anggota badan salah satu petarung mengeluarkan
darah, maka pertarungan dianggap selesai dan pihak yang menang adalah
yang tidak mengeluarkan darah. Kedua, jika petarung sama-sama mampu
bertahan selama 5 ronde, maka pemenangnya ditentukan dengan skor
tertinggi. Skor didasarkan pada pengamatan pekembar sedi terhadap
seluruh jalannya pertarungan. Sumber: http://lombok.panduanwisata.com |
Uniknya, Presean juga diiringi musik
yang disebut gendang (gending) presean. Alat-alat musiknya terdiri dari
dua buah gendang, satu buah petuk, satu set rencek, satu buah gong dan
satu buah suling. Jenis-jenis gending Presean dibagi menjadi 3 macam,
yakni gending rangsang yaitu gending yang dimainkan pada saat Pakembar
dengan dibantu pengadol mencari petarung dan lawan tandingnya. Kedua,
gending mayuang, yaitu gending yang bertujuan untuk memberi tanda bahwa
telah ada dua pepadu yang siap dan sama-sama berani melakukan Presean.
Sumber: Melihat Serunya Presean Di Lombok
Sumber: http://lombok.panduanwisata.com |
Yang ketiga adalah gending beradu yaitu gending yang bertujuan untuk membangkitkan semangat petarung maupun penonton dan dimainkan selama berlangsungnya pertarungan. Nah, walaupun namanya pertarungan, namun setiap akhir acara, masing-masing petarung harus berpelukan dan tidak menyimpan dendam. Petarung yang terluka akan segera diobati oleh dukun dengan sejenis obat minyak dan ramuan tertentu. Seni ini bertujuan untuk menguji keberanian, ketangkasan dan ketangguhan seorang pepadu dalam pertandingan. Uniknya, para pepadu tidak dipersiapkan sebelumnya karena para petarung diambil dari penonton sendiri ketika acara dimulai. Ada dua cara untuk mendapatkan pepadu atau petarung yakni dengan wasit menunjuk langsung penonton yang hadir atau seorang pepadu yang telah memasuki arena menantang penonton untuk melawannya. Tak heran jika, saat Presean digelar, penonton akan meluber di pinggir arena. Permainan ini selain seru juga menjadi aset budaya Lombok.
No comments:
Post a Comment