Tuesday, July 8, 2014

Staff AKPAR





 

 




Visi Dan Misi Akademi Pariwisata Mataram

VISI DAN MISI

Visi 

Dalam sejarah perkembangannya, AKPAR telah tampil menjadi lembaga pendidikan tinggi di Indonesia yang secara konsisten berkiprah dalam bidang pariwisata. Namun, keajegan ini tidak membuat AKPAR mandeg dalam menanggapi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan tuntutan masyarakat maupun steakhorders. Bahkan sebaliknya, perubahan global sekarang ini merupakan peluang bagi AKPAR untuk tampil mengambil inisiatif dan mengembangkan inovasi dalam bidang pariwisata. Dengan karakter seperti itu dan dengan segenap sumber daya yang dimilikinya AKPAR menetapkan visi yaitu ”Pusat Peradaban Budaya Pariwsata”.


Akpar Mataram sebagai Pusat Kajian dan Pengembangan Budaya Pariwisata 

Misi

AKPAR Mataram sebagai lembaga pendidikan tinggi bidang pariwisata memiliki misi sebagai wujud pengejawantahan dari visi di atas adalah sebagai berikut. Menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat yang mendukung pembangunan pariwisata secara luas. Mengadakan kerja sama dengan institusi terkait yang dilandasi atas prinsip saling menguntungkan yang sesuai dengan nilai-nilai luhur dalam rangka mendukung penyelenggaraan Tri Dharma PT yang berorientasi global. Misi tersebut dituangkan lebih rinci sebagai berikut.


1. Pusat penyelenggaraan pendidikan dalam menyiapkan tenaga profesional yang berbudaya pariwisata dan berdaya saing global.
2. Pusat kajian dan pengembangan kepariwisataan yang inovatif.
3. Pusat pelayanan budaya pariwisata melalui pengabdian kepada masyarakat.
4. Internasionalisasi pendidikan melalui penguatan jejaring kemitraan.

Fasilitas AKPAR

Gerbang Akademi Pariwisata Mataram
FASILITAS

1. Tersedia Hot Spot 24 jam
2. Pembelajaran base IT
3. Tersedia Lab. FO, HK, Bar & Restaurant, Kitchen, Tour &        Travel
4. Fasilitas belajar lengkap: internet, LCD, Multimedia lainnya
5. Koleksi perpustakaan lengkap dengan e-library system
6. Memiliki dosen praktisi dari industri dan tenaga pengajara asing (volunteer)
7. Suasana kampus yang asri

Biaya Perkuliahan

BIAYA PERKULIAHAN AKPAR MATARAM TA 2013/2014
PRODI D3 HOTEL DAN UPW

1. Uang Gedung : Rp 4.000.000 (4x angsuran)
a. Cicilan I : Rp 1.500.000 (pada waktu Daftar Ulang)
b. Cicilan II : Rp 1.000.000 (pada waktu UTS)
c. Cicilan III : Rp 750.000 (pada waktu UAS)
d. Cicilan IV : Rp 750.000 (pada waktu UTS)
2. BOP : Rp 300.000
3. 20 SKS : Rp 1.200.000
4. Registrasi : Rp 300.000
5. KTM dan Asuransi : Rp 100.000
6. PDSP : Rp 500.000
Jadi, biaya daftar ulang sebesar : Rp 3.900.000

DIKLAT SERTIFIKASI D1 FBP/FBS
1. Uang Gedung : Rp 4.000.000 (2x angsuran)
2. BOP : Rp 300.000
3. 20 SKS : Rp 1.200.000
4. Registrasi : Rp 300.000
5. Praktikum : Rp 2.000.000
6. KTM dan Asuransi : Rp 100.000
7. PDSP : Rp 500.000
Total : Rp 6.400.000

Kontak Kami

Administrator : 081999774619, mmurdana@gmail.com atau info@akparmataram.ac.id

Landscape AKPAR


AKPAR Mataram, mempunyai taman yang paling indah diantara universitas lainnya yang ada di Mataram, ini mengartikan bahwa seorang yang bekerja dibidang Pariwisata harus mempunyai jiwa yang berih dan menjaga lingkungan dengan baik sehingga terciptalah keharmonisan antara manusia dengan alam sekitar.





 Bangunan baru Akpar mataram yang sedang dalam proses pengerjaan. Bangunan ini mempunyai tiga lantai, yaitu lantai dasar akan dibuat aula/ruang serbaguna, lantai dua ada ruang-ruang kelas dan akan dibuatkan lab praktikum khusus untuk House Keeping, Front Office dan lain-lain. Direncanakan akpar mataram akan dijadikan Sekolah Tinggi Pariwisata, maka dari itu akpar mataram meningkatkan fasilitas-fasilitasnya untuk tercapainya syarat-syarat untuk menjadi Sekolah tinggi. Bangunan ini diperkirakan akan rampung tahun 2013 ini.

Ini adalah tempat parkir khusus dosen dan karyawan, walaupun tidak beratap tetapi cukup teduh untuk tempat parkir, karena banyak terdapat pohon disekitarnya dan juga untuk memudahkan karyawan akpar untuk keluar masuk kendaraannya.
Sedangkan tempat parkir mahasiswa diberikan atap, untuk memberi kenyamanan bagi  para mahasiswa. Dilengkapi dengan CCTV untuk memantau mahasiswa-mahasiswa yang jahil, dan masih berkeliaran pada saat jam belajar berlangsung.

Café satu-satunya didalam kampus, karena tujuan kekampus adalah belajar maka café hanya ada satu, tetapi walaupun begitu café akpar memiliki pelayanan yang baik, bersih dan cukup nyaman dan makanan-makananya cukup murah, pas untuk kantong mahasiswa. Terdapat radio tape, kipas angin, asbak,papan catur dan tempat sampah sebagi fasilitas pendukungnya.





Musholla akpar mataram, yang selalu bersih dan memberikan kenyamanan bagi para mahasiswa yang beribadah karena terdapat taman di sekitarnya.









Pura akpar mataram, yang juga selalu bersih, asri dan didesain menyatu dengan alam sehingga membuat nyaman untuk para mahasiswa yang akan sembahyang. Dilukiskan secara relief Sang Hyang Dewi Saraswati tepat dibelakang pelinggih, agar dapat memusatkan pikiran kepada-Nya, sekaligus menambah hiasan pada dinding Pura. Terdapat bale bengong untuk musyawarah kepada mahasiswa, rapat pengurus piodalan dan lain sebagainya.

Monday, July 7, 2014

Berlibur Ke Senggigi

Senggigi adalah pusat pariwisata di Lombok yang terletak di Lombok Barat. Lokasinya berada diantara lembah dan menghadap langsung ke laut sehingga indah dan unik. Selain itu, Senggigi juga sangat terkenal dengan pantainya yang memiiki pasir putih dan air lautnya yan jernih. Karena telah banyak wisatawan yang berkunjung ke Senggigi dan menjadi tempat favorit wisata di Pulau Lombok maka sudah banyak fasilitas yang dapat Anda temui di tempat ini mulai akomodasi, dari hotel melati, bungalow, hotel yang berbintang, butik dan lain-lain

Berlibur Ke Senggigi

Untuk menuju Senggigi, Anda harus menuju ke arah barat, sekitar 8 km dari bandara Selaparang Mataram. Dalam perjalanan, anda akan banyak menjumpai transportasi tradisional Kota Mataran yang biasa di sebut Cidomo di sudut-sudut kota yang belum terjangkau oleh kendaraan roda empat. Anda juga akan melewati pasar tradisional Ampenan (Kebon Roek), pasar ini adalah pasar yang terdekat dari daerah senggigi dan sekitarnya.
 
mataram, transportasi, lombok, pulau lombok, senggigi, wisata lombok

Setelah menempuh perjalanan 15 menit anda akan mulai menempuh jalur yang berkelok dan hawa laut karena jalan yang anda lalui dekat dengan laut, anda akan melintasi Makam Keramat, tempat yang bagus untuk berfoto dengan latar belakang laut. Setelah itu, Anda juga akan melintasi sebuah pura di yang menjorok ke laut yaitu Pura Batu Bolong. Setelah melewati Pura Batu Bolong anda akan langsung masuk ke wilayah Senggigi yang terkenal dengan pasir putihnya. Jika anda mempunyai waktu anda bisa meneruskan perjalan melewati senggigi ke Desa Mangsit di sini akan kagum melihat pemandangan laut yang cantik dengan pohon kelapa sebagai penghiasnya, saran kami jangan lupa abadikan perjalan anda.

Jalan-Jalan ke Sekitar Objek Wisata

Jika anda berminat jalan-jalan di pintu bandara kedatangan ada bisa menjumpai konter-konter informasi yang menyediakan paket wisata. Dan bila anda berminat untuk jalan-jalan sendiri menggunakan taksi ada dua pilihan yaitu dengan Lombok Taksi ( Telp. 627000 ) atau Lendang Express taksi ( Telp. 644444 )
Ada banyak kegiatan yang dapat anda lakukan untuk melengkapi liburan anda dengan menggunakan pemandu-pemandu wisata setempat yang bisa anda percaya dan anda bisa menyewa mobil lengkap dengan sopirnya atau sepeda motor yang merupakan alternatif lain untuk menikmati keindahan pulau dari sudut yang lain.

Restoran dan Jajanan

Jika anda menyukai makanan seperti Pizza Itali yang di buat dari kayu bakar maka tidak ada salahnya anda mencoba di Cafe Alberto yang berlokasi di sebelah timur Senggigi dan Cafe Lotus yang berlokasi di Pasar Seni yang langsung berhadapan dengan pantai.
senggigi, pulau lombok, wisata lombok,

Untuk makanan lokal anda bisa mencicipi masakan Cak Poer yang buka dari jam 19.00 PM sampai larut yang berlokasi di samping Kantor Pos depan Bank BNI. Dan untuk makanan 24 jam anda bisa datang ke Rumah Padang yang berlokasi di depan Taman Restaurant.
Bagi anda yang ingin mencicipi makanan di ala kaki lima, banyak juga terdapat warung-warung pinggir jalan. Anda bisa memilih sesuai selera karena disini terdapat banyak pilihan dengan tempat yang bersih dan suasana cukup nyaman.

Kehidupan Malam Di Senggigi

Di Senggigi juga banyak terdapat tempat hiburan, sebagian hotel-hotel juga memanjakan tamu mereka dengan live musik atau musik akustik dari penyanyi setempat. Dan untuk diskotik, anda bisa mencoba Marina Pub, Sahara, Gosip dan Lian. Bila sudah larut malam banyak restaurant yang mempunyai fasilitas live music seperti Papaya restaurant, Happy Cafe Restaurant dan lain-lain.

Sarana umum dan Informasi

Jika anda membutuhkan sarana informasi seperti ingin bersurat, anda bisa menemukan Kantor Pos yang berlokasi di sebelah Lombok Intan Village Hotel. Di sekitar sini, banyak yang menawarkan jasa pelayanan serta pernak pernik untuk oleh-oleh. Di sebelah Puri Saron Hotel Kerandangan juga terdapat puskesmas serta Puskesmas Meninting yang berjarak 10 menit dari Senggigi menggunakan kendaraan umum atau pribadi.

Untuk Bank dan ATM, anda bisa menjumpainya di deretan mini market depan kantor pos dan ATM. Banyak tempat ATM yang bisa Anda gunakan disini seperti ATM BCA, ATM BNI, ATM MANDIRI.

Kantor Polisi terletak di pasar seni dekat dengan hotel Sheraton Senggigi, untuk layanan telepon anda bisa mengunjungi wartel Millennium Intertnet sekaligus bagi anda yang berminat untuk mencari warnet dan Hotspot voucher bagi yang membawa laptop. Dan bagi anda yang membawa Hp jangan kawatir banyak konter-konter pengisian pulsa tersedia sepanjang jalan Senggigi

Makam Loang Baloq

Hubungan masyarakat Sasak dan sejumlah makam keramat (tempat yang diberikan kharomah), sangat erat. Masyarakat Sasak misalnya, memiliki keterikatan emosional dengan makam nenek moyangnya. Karena itu, makam merupakan tempat yang dianggap memberikan nilai spiritualitas yang lebih bagus pada saat mereka melakukan hajatan. Tidak jarang, makam dijadikan tempat bernazar meminta sesuatu dan menimba ilmu.
 
Salah satunya di makam loang baloq. Loang Baloq bukanlah nama seseorang, tapi Loang Balok merupakan bahasa Sasak yang berarti pohon beringin yang berlubang. Pohon beringin itu sendiri diyakini sudah berumur ratusan tahun, terlihat akar dan batang yang sangat tua. Makam Loang Baloq sebenarnya komplek pemakaman. Di komplek makam itu telah bersemayam puluhan jasad dan di lingkungan makam ditumbuhi sejumlah pohon kamboja layaknya pemakaman-pemakaman pada umumnya.

Namun, dari makam -makam yang ada, ada tiga makam yang dikeramatkan. Makam tersebut satu diantaranya berada di dalam lubang besar yang terbentuk dari akar-akar pohon beringin, satu lainnya di lubang sisi lain, dan satu lainnya lagi disamping pohon beringin.
Makam yang berada di lubang persis di bagian bawah pohon beringin adalah makam Maulana Syech Gaus Abdurrazak, sedangkan di lubang bagian samping makam Anak Yatim dan di bagian luar masih disamping pohon beringin terdapat makam Datuk Laut.

Makam Maulana Syech Gaus Abdurrazak sudah dikeramik putih, berbentuk empat persegi panjang dengan lubang di tengah. Di lubang tengah itulah para peziarah biasa menaburkan bunga. Meski makam itu sudah dikelilingi batang dan akar pohon beringin, tapi untuk masuk ke makam tersebut telah dibangun pintu masuk tersendiri. Di samping pintu masuk, telah disiapkan air untuk peziarah. Disamping pintu masuk juga telah tersedia mushola.

Sedangkan makam Anak Yatim berada di luar, disamping makam Maulana Syech Abdurrazak. Makam yang masih dilingkupi batang dan akar pohon beringin itu, berada dibagian luar, hanya bersekat akar dan bagian batang pohon beringing. Ukurannya pun relatif kecil. Sementara makam Datuk Laut, tidak berada langsung di bawah pohon beringin, tapi disamping makam Anak Yatim. Makam yang sudah dikeramik hitam itu berada di dalam bangunan permanen berukuran sekitar 3X4 meter.

Data Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota Mataram, berdasarkan sejarah, pada tahun 1866, seorang ulama besar bernama Maulana Syech Gaus Abdurrazak yang berasal dari jazirah Arab datang ke Palembang. Dari Palembang, ulama besar itu melanjutkan perjalanan dan mendarat di pesisir Pantai Ampenan, Kota Mataram. Ketika berada di daerah itu Maulana Syech Gaus Abdurrazak menyampaikan petuah-petuah yang bersumber pada ajaran Islam. Ajaran tersebut sangat dipercaya oleh masyarakat, tidak hanya di Mataram tapi juga di Pulau Lombok.
 
Makam-makan tersebut hingga kini sering dikunjungi para peziarah dari Pulau Lombok maupun dari daerah lain. Para peziarah yang datang ke makam biasanya berdoa semoga arwah beliau diterima disisi Allah Swt. Makam Loang Baloq berada di Kelurahan Tanjung Karang, Ampenan, Kota Mataram. Komplek makam itu tidak jauh dari pusat kota Mataram, hanya sekitar tiga kilometer. Untuk menuju komplek makam Loang Balok, sangat mudah, karena kompek makam dan pantai Ampenan hanya terbelah oleh jalan lingkar Kota Mataram yang sudah beraspal.

Pemukiman Tradisional Desa Segenter

Tak hanya kebudayaannya saja yang unik, Suku Sasak ternyata juga mengenal ilmu tata ruang sejak jaman lampau. Terlihat dari kearifan mereka dalam menata ruang pemukiman. Berkunjung ke Desa Segenter, Anda akan menyaksikan rumah-rumah tradisional Suku Sasak yang tertata dengan rapi. Seakan-akan Anda sedang berada di real-estate bernuansa tradisional.

Pulau Lombok dengan penduduk sukunya, yaitu Suku Sasak, memang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Tak cuma tempat wisata Pulau Lombok yang mengagumkan, namun kebudayaannya yang unik juga menimbulkan rasa penasaran. Di Pulau Lombok ini, terdapat dua tempat yang dikenal sebagai pemukiman adat Suku Sasak. Yaitu Desa Adat Sade dan Desa Adat Segenter. Desa Adat Sade terletak di Lombok bagian Selatan, termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Lombok Tengah. Sedangkan Desa Adat Segenter terletak di sisi Pulau Lombok bagian Utara, berada di wilayah Kabupaten Lombok Utara. Dari kedua desa tersebut, Desa Adat Segenter berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Karena keasliannya mulai pudar. Berkunjunglah ke Desa Adat Segenter selagi Anda masih bisa menyaksikan peninggalan kebudayaan dan kearifan lokalnya.

Desa Adat Segenter lebih mudah dikunjungi melalui jalur pantai Barat Pulau Lombok, dengan jarak sekitar 90 Kilometer dari Kota Mataram. Dengan kendaraan pribadi, Anda bisa menempuh rute Mataram-Senggigi-Pemenang-Tanjung-Selengen-Segenter. Ketika telah mencapai Km 87, Anda akan menemui rambu jalan yang menunjukkan arah ke Desa Segenter. Desa Adat Segenter letaknya tak jauh dari Desa Bayan.

Tanjung Bloam

Bosan dengan pantai dan panorama alam yang itu-itu saja? Jelajahilah Lombok Selatan, Nusa Tenggara Barat dan dapatkan beberapa tempat tersembunyi yang panoramanya indah memesona. Salah satu diantara banyaknya pantai yang masih perawan itu ada Tanjung Bloam yang berada sejalur dengan Pantai Kaliantan dan Tanjung Ringgit

Tanjung Bloam adalah daerah konservasi penyu yang memiliki habitat di sekitar tebing dan berada di sepanjang garis pantai yang terbentang dari ujung utara hingga ujung selatan. Selain itu, tempat ini memiliki keindahan alam yang masih natural karena belum banyak dikunjungi wisatawan. Begitu sampai di Tanjung Bloam, Anda akan disuguhi hamparan pasir putih yang lembut. Air lautnya biru dan sangat jernih. Panorama ini sesekali disela dengan nelayan yang hilir mudik mencari ikan dengan menggunakan perahu kayu di pantai.

Daya tarik Tanjung Bloam adalah keindahan batu padas yang menakjubkan. Dua tebing batu padas mengapit pantai Tanjung Bloam yang eksotis. Pada bagian kiri, tebing berbentuk seperti kue bakpao. Sedang pada sisi kanan, tebing berbentuk tak beraturan dan menjorok ke arah pantai. Warna tebing yang kekuningan dipadu dengan warna hitam membuatnya terlihat sangat kontras dengan warna air laut yang biru. Bagi penghobi fotografi, Tanjung Bloam adalah tempat yang sayang untuk dilewatkan. Berjalanlah ke sekitar bibir pantai. Dengan angin pantai yang sesekali menerpa, arahkan kamera Anda untuk mencari angle-angle yang indah. Keindahan pantai dan alam sekitar semakin terlihat jika kita naik ke bukit di bagian barat pantai. Panorama Tanjung Bloam mirip dengan Tanjung Ringgit yang juga dikelilingi dengan bukit batu. Dari sudut inilah, hamparan pantai yang luas bisa Anda lihat dengan jelas. Berfoto dengan latar belakang pantai Tanjung Bloam di ketinggian ini pasti akan menjadi kenangan yang sulit dilupakan.
Berbeda dengan Gili Sunut yang mempunyai ombak landai, ombak Tanjung Bloam cukup besar. Jika tidak ingin terbawa arus, lebih baik bersantai di bibir pantai sambil melihat pemandangan yang indah. Untuk mencapai tempat ini, kita akan menghabiskan waktu tempuh 2,5 jam dari Mataram. Nah, sebelum sampai Tanjung Ringgit, berbeloklah ke kanan. Ada sebuah jalan kecil yang hanya bisa dilalui 1 mobil saja. Sekitar 500 meter dari tikungan itu terdapat sebuah pendopo kecil tanda bahwa kita sudah sampai ke Tanjung Bloam. Beberapa ruas jalan yang belum diaspal, berdebu dan berkerikil membuat Tanjung Bloam seperti jauh dari jangkauan. Selama menuju lokasi, kita akan disuguhi pemandangan tandus kawasan ini. Tidak seperti belahan Lombok lain yang berkelimpahan air, jalanan menuju Tanjung Bloam cenderung gersang dan tandus.

Keindahan Pantai Tangsi Yang Berpasir 'Pink'

Pantai Tangsi, Lombok Timur
Sejak Pulau Komodo mulai dikenal kepopuleran Pink Beach yang berada di sana juga semakin dijadikan tujuan utama wisatawan yang melancong ke Flores. Tapi ternyata tidak hanya di Pulau Komodo ada pantai yang memiliki pasir berwarna merah muda, Lombok juga punya pantai seperti itu yang bernama Pantai Tangsi. Pantai ini terletak di wilayah Lombok Timur, bila di peta peta ini ada di sebelah kanan bagian bawah Pulau Lombok. Pariwisata di daerah Lombok Timur saat ini sedang mulai digandrungi anak muda terutama para backpacker karena ternyata banyak menyimpan panorama menakjubkan terutama segi pantai dan lautnya. 

Pantai Tangsi sendiri berada di daerah Jerowaru, Lombok Timur yang merupakan wilayah untuk pantai-pantai eksotik lainnya seperti Ekas, Kaliantan dan juga Tanjung Ringgit. Dari Mataram kita bisa menggunakan mobil pribadi atau rental dengan perjalanan menyusuri Praya kemudian sampai di wilayah kecamatan ini dengan ciri-ciri banyak pertigaan yang kiri kanannya sawah. Untuk meminimalisir resiko tersasar lebih baik selama perjalanan banyak bertanya pada warga khususnya bila mengenai pertigaan. Lebih baik lagi bila kita menyewa mobil beserta fasilitas supirnya yang merupakan orang lokal jadi lebih mengetahui medan.
Biasanya bila bertanya kepada warga yang pertama adalah jalan menuju Pantai Kaliantan yang lebih dikenal warga sekitar. Akan ada pertigaan di mana bila menuju Pantai Kaliantan kita lurus dan bila ke Pantai Tangsi kita harus belok kiri. Saat ini bila kebingungan saat menemukan pertigaan tersebut tanya kepada warga tentang lokasi Tanjung Ringgit, di sekitar Jerowaru belom banyak yang mengetahui Pantai Tangsi padahal rutenya sejalan.

Pesona Gili Nanggu

Setiap orang yang mengunjungi Pulau Lombok di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) pasti akan ke pulau atau gili, di mana dua gili yang terkenal adalah Gili Trawangan dan Gili Meno.
Bagi yang sudah bosan dengan kedua gili tersebut ternyata ada gili lain yang masih sangat sepi dan termasuk privat. Tidak banyak aktivitas kecuali para wisatawan yang bermain di pantai. Ya gili ini adalah Gili Nanggu, sebuah pulau kecil yang memberikan keindahan pantai dan sekitarnya yang tidak kalah indahnya dibandingkan gili-gili yang lain.

Pulau Lombok juga memiliki kemegahan alam bahari yang memesona. Pantai Senggigi serta pulau-pulau mungil atau gili yang tersebar di sekitar pulau ini menyimpan pesona yang menakjubkan.
Selain di kawasan Gili Trawangan, Gili Meno, Gili Air yang reputasinya telah mendunia, di kawasan Lombok Barat juga terdapat gili lain yang bisa disinggahi, yaitu Gili Nanggu.
Gili Nanggu berada di Selat Lombok atau di pesisir barat Pulau Lombok. Secara administratif, pulau ini berada di wilayah Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat.
Untuk mencapai Gili Nanggu cukup mudah. Dari Mataram, wisatawan bisa menuju Pelabuhan Lembar yang berjarak sekitar 27 km, dengan kendaraan, dan selanjutnya menggunakan perahu atau speedboat selama 35 hingga 45 menit.

Atau, bisa juga melalui rute lain, yaitu lewat Tawun, di Sekotong, yang berjarak 47 km, dengan kendaraan dan kemudian  menggunakan speedboat selama 15 menit. Sekotong juga dapat diakses langsung dari Bandara Internasional Lombok (BIL) dengan waktu tempuh antara 45 menit sampai satu jam saja.
Layaknya Gili Trawangan, di Gili Nanggu terdapat pantai cantik dengan hamparan pasirnya yang putih serta lautnya yang biru. Suasana alamnya yang hening, membuat pulau ini menjadi pilihan yang tepat bagi para pasangan yang ingin berbulan madu. Matahari tenggelam merupakan momen yang paling indah di pulau seluas sekitar 8 hektar ini.
Bagi mereka yang ingin berlama-lama ataupun ingin menyepi di Gili Nanggu tak perlu merasa khawatir. Sebab, di pulau ini telah tersedia fasilitas akomodasi modern. Selain memiliki pilihan akomodasi yang beragam, resor ini turut dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung, mulai dari wahana watersports, jogging trek, perlengkapan diving atau snorkeling yang bisa digunakan oleh segenap wisatawan.

Rinjani dan Gili Nanggu adalah potret indah milik Lombok, sekaligus salah satu mahakarya dari Sang Pencipta yang ada di bumi Nusantara. Karenanya, semua anugerah ini patut dijaga kelestariannya agar senantiasa berguna dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

Rebo Buntung, Ritual Menjaga Keseimbangan Alam

Setiap hari rabu terakhir bulan Safar dalam Kalendar Hijriah, Kawasan Pantai Tanjung Menangis, Desa Ketapang, Kecamatan Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur, menjadi perhatian ribuan orang. Mereka berkumpul untuk menggelar rangkaian ritual Rebo Buntung dan Tetulaq Tamperan.
Dalam kebudayaan masyarakat Lombok, ritual ini adalah untuk menolak bala dan bentuk syukur kepada Tuhan atas semua nikmat yang diberikan. Di tiap tahunnya, tradisi ini dilaksanakan hanya di tiga tempat di Sungai Jangkuk (Dasan Agung, Kota Mataram), Pantai Tanjung Menangis (Pringgabaya, Lombok Timur), dan di Desa Kuranji (Labuapi, Lombok Barat). Ritual Rebo Buntung dan Tetulaq Tamperan di Pantai Tanjung Menangis sendiri, pelaksanaannya melewati rangkaian-rangkaian selama beberapa hari, dan puncaknya pada hari Rabu pada minggu itu.

Dalam prosesinya, segenap lapisan masyarakat, termasuk tokoh adat berkumpul di Pantai Tanjung Menangis, Ketapang, untuk melarung atau melepas kepala sapi – di awal-awal pelaksanaannya menggunakan kepala kerbau – ke tengah laut. Selain kepala sapi, ada juga pesaji/sesaji lainnya yang dipersiapkan. Pesaji/sejaji berupa hasil bumi seperti padi, buah-buahan, daun sirih, ayam hidup dan lainnya. Kepala sapi dan seluruh sesaji lainnya itu kemudian di buang ke laut menggunakan perahu. Setelah itu, masyarakat yang sudah mengikuti rangkaian acara dari pagi beramai-ramai mandi ke laut yang dipercaya sebagai cara untuk membersihkan diri dari sikap negatif, serta melahirkan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat.
Tapi keseluruhan, tujuan luhur dari Ritual Rebo Buntung dan Tetulaq Tamperan yang berdasarkan catatan sejarah sudah berusia 144 tahun itu sebenarnya adalah bentuk kesadaran dari dulu, dari nenek moyang warga Pringgabaya hingga sekarang, yang percaya bahwa kehidupan mereka tidak bisa lepas dari alam. Mereka percaya bahwa semua yang diperoleh berasal dari alam dan harus dikembalikan ke alam.

Ogoh-Ogoh

"Ogoh-Ogoh" merupakan karya seni patung dalam kebudayaan yang tidak saja ada di Bali banun juga di Lombok yang menggambarkan kepribadian "Bhuta Kala" dan sudah menjadi ikon ritual yang secara tradisi sangat penting dalam penyambutan Hari Raya Nyepi atau Tahun Baru Saka. Seluruh umat Hindu Dharma akan bersukaria menyambut kehadiran tahun baru itu dengan mengarak-arakan "ogoh-ogoh" yang dibarengi dengan perenungan tentang yang telah terjadi dan sudah dilakukan selama ini. Pada saat "Pangrupukan" atau sehari menjelang Hari Raya Nyepi, peristiwa dan prosesinya setiap tahunnya sama yaitu pada setiap Banjar (pemangku adat setingkat Kelurahan) di Lombok akan berlomba dalam hal membuat "ogoh-ogoh" semenarik mungkin. Bila pembuatannya lebih bernilai seni, rumit, dan lebih mutakhir, maka "ogoh-ogoh" itu diharapkan bisa menaikkan martabat Banjar yang membuatnya.


Fungsi utama "ogoh-ogoh" adalah sebagai representasi Bhuta Kala yang dibuat menjelang perayaan Hari Raya Nyepi, dimana "ogoh-ogoh" tersebut akan diarak beramai-ramai keliling banjar atau desa pada senja hari, sehari sebelum Hari Raya Nyepi (Pangrupukan). Menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, prosesi ini melambangkan keinsyafan diri manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dashyat. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan "Bhuana Agung" (alam raya) dan "Bhuana Alit" (diri manusia). Dalam pandangan filsafat (tattwa), kekuatan tersebut dapat mengantarkan makhluk hidup di alam raya, khususnya manusia dapat menuju kebahagiaan atau kehancuran. Semua itu tergantung pada niat luhur manusia, sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri serta seisi dunia.

Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala melambangkan kekuatan alam semesta (bhu) dan waktu (kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan. Dalam perwujudan patung yang dimaksud, "Bhuta Kala" digambarkan sebagai sosok yang besar menakutkan dan pada umumnya berupa wujud raksasa (rakshasa). Raksasa adalah bangsa pemakan daging manusia atau kadang-kadang sebagai bangsa kanibal dan dilukiskan dalam "Yakshagana", sebuah seni populer dari "Karnataka". Menurut mitologi Hindu dan Budha menyatakan, kata "rakshasa" mempunyai arti "kekejaman", yang merupakan lawan dari kata "raksha" yang artinya "kesentosaan". Namun tidak semua raksasa memiliki kepribadian yang kejam, seperti Wibisana, Hiranyaksa, dan Hiranyakasipu, yang mendapat berkah dari dewa karena mereka memuja Dewa Brahma. Menurut kitab Ramayana menguraikan, bahwa raksasa diciptakan dari kaki Dewa Brahma. Sedangkan menurut kisah lain, mereka berasal dari tokoh Pulastya, Khasa, Nirriti, dan Nirrita.

Dengan keberadaan arak-arakan "Ogoh-Ogoh" yang sudah menjadi tradisi inilah yang menambah daya tarik wisatawan baik mancanegara maupun nusantara. Karena selain memiliki keindahan tempat-tempat wisata, Balipun memiliki kekayaan budaya yang menjadi andalan kepariwisataan. Serasa belum lengkap bilamana wisatawan berkunjung tidak melihat prosesi "Ogoh-Ogoh" pada penyambutan Hari Raya Nyepi atau Tahun Baru Saka.

Perang Topat, Simbol Kebersamaan Umat Islam dan Hindu di Lombok

Ini cerita tentang sebuah keseimbangan dan rasa syukur. Tentang rumusan harmonisasi hidup di sebuah kota berusia tiga abad lebih bernama Mataram, khususnya bagi pemeluk Hindu dan Muslim suku Sasak. Ada begitu banyak cara untuk mewujudkan hubungan sosial yang manis. Tapi, di ibu kota tanah Nusa Tenggara Barat ini, menghormati perbedaan keyakinan dengan bersikap ramah atau saling tegur sapa saja tidaklah cukup. Ada ritual rutin yang mesti dijalani. Ada prosesi yang tak pernah ditinggalkan. Tradisi yang justru menepikan segala omong-kosong tentang penghargaan terhadap perbedaan keyakinan. Sebab ini adalah jalan bukti merakit kebersamaan.


Setiap tahun tepat ketika purnama tiba, saat bulan memasuki hitungan keenam dalam kalender Hindu, atau ketujuh bagi penganut suku Sasak muslim. Ritual cermin kerukunan itu pun digelar. Masyakat di Mataram menyebut ritual itu perang-topat. Sesungguhnya perang topat adalah bagian dari upacara pujawali. Bagi suku Sasak, Pujawali adalah prosesi mengenang syekh Kyai Haji Abdul Malik, salah seorang penyiar agama Islam di pulau Lombok. Sedangkan bagi umat Hindu, pujawali adalah memuja Tuhan berulang kali setiap tahun. Dan di Mataram, kedua umat ini tak ingin berjalan sendiri-sendiri. Agama mereka boleh berbeda tapi adat telah melahirkan dan membuat mereka larut dalam kebersamaan menuju puncak perang esok hari.

Pura Lingsar. Pura ini berdiri pada pertengahan abad 18 atas gagasan Raja Anak Agung Ngurah dari kerajaan Karang Asem, Bali, yang ketika itu memerintah bagian barat Pulau Lombok. Di sekitar pura inilah seribu lebih umat Islam dan Hindu bakal terlibat atraksi perang topat atau aksi saling lempar dengan menggunakan ketupat. Perang kolosal yang sejatinya menjadi ajang pembauran antara dua agama besar di Pulau Lombok. Sebelum abad ke 16 Lombok berada dalam kekuasan Majapahit dengan dikirimkannya Maha Patih Gajah Mada. Pengaruh Jawa Islam muncul lewat dakwah Sunan Giri di pengujung abad 17. Hal ini sedikit banyak mempengaruhi perubahan agama suku Sasak yang sebelumnya Hindu menjadi Islam.

Gamelan

Gamelan bisa dikatakan sebagai alat musik yang hampir menyebar di seluruh wilayah kepulauan Indonesia. Gamelan berada di Pulau Jawa, Kalimantan, Lombok dan Bali. Gamelan di wilayah Lombok merupakan musik akulturasi kebudayaan Bali dan etnis sasak. Dalam musik gamelan ini sangat terlihat jelas pengaruh musik Bali pada warna musiknya. Hal ini disebabkan karena pada sejarahnya, salah satu prajurit Bali telah melakukan invasi ke daerah Lombik dalam rangka perluasan wilayah dan berhasil menguasai Lombok. Sehingga kebudayaannya pun berasimilasi dengan kebudayaan setempat.Salah satunya musik gamelan. Namun, menurut para pakar dari sasak sendiri, gamelan di Lombok dan di Bali memiliki beberapa perbedaan dalam nada dan sebagainya. Meskipun untuk orang awam, perbedaan ini mungkin tidak terlalu signifikan.
Berbeda dengan Gendang Beleq yang dimainkan sambil berdiri atau berjalan, gamelan dimainkan dengan duduk. Pada zaman dahulu, gamelan dimainkan hanya di keraton – keraton sebagai hiburan raja.

Instrumen yang ada di gamelan antara lain :
a. Saron berjumlah 6 buah
b. Kantil berjumlah 2 buah
c. Pugah berjumlah 1 buah
d. Barangan / Trompong berjumlah 11 buah
e. Calong berjumlah 2 buah
f. Rinciq berjumlah 1 buah
g. Pethuk berjumlah 1 buah
h. Gong berjumlah 2 buah
i. Jibraq berjumlah 2 buah
j. Seluring besar berjumlah 1 buah
k. Seruling kecil berjumlah 1 buah
l. Gendang berjumlah 2 buah

Gamelan, oleh masyarakat sasak dan pemainnya dianggap mempunyai nilai supranatural maupun magic. Oleh karena itu, tidak boleh dimainkan secara sembarangan. Sebelum dimainkan, alat – alat gamelan harus melewati prosesi tertentu. Di daerah ini ada kepercayaan yang mengharuskan untuk memberikan sesaji sebelum gamelan dimainkan. Sesaji ini disiapkan oleh yang punya hajat (pengundang gamelan). Prosesi ini membutuhkan uba rampe berupa ayam, kemenyan, minyak, beras, berbagai bunga, daun sirih dan sebagainya. Apabila salah satu kebutuhan sesaji itu tidak terpenuhi, gamelan tidak akan dibunyikan sampai dipenuhi. Menurut kepercayaan salah satu pemilik grup gamelan di desa Lendang Nangka ini, apabila sesaji tersebut tidak dipenuhi, akan ada beberapa gangguan bagi masyarakat maupun pemilik hajat.
Setelah diadakan prosesi, gamelan tidak boleh dimainkan sebelum ada yang memukul gong sebanyak 3 kali. Setelah gong dipukul, pemain gamelan akan mengambil posisinya masing – masing kemudian gamelan akan dimainkan dengan ditandai dengan dimainkannya pugah sebagai pembawa melodinya.

Prosesi dan aturan supranatural tersebut tidak hanya berlaku pada saat gamelan dimainkan, tetapi juga pada saat proses pembuatan gamelan. Pada saat pembutannya, sesaji juga harus diberikan dan diganti secara periodik sampai gamelan jadi. Selain itu, beberapa aturan juga berlaku dalam pembuatan gamelan. Salah satu contohnya adalah, gamelan yang belum selesai dibuat tidak boleh dilihat siapapun, terutama untuk kaum wanita. Bahkan, untuk wanita yang mengalami menstruasi, melihat gamelan pada saat pembuatan haram hukumnya atau sangat dilarang.

Bau Nyale, Mitos Yang Jadi Tradisi Budaya Lombok

Sebuah tradisi dalam suatu budaya memang tidak terpisahkan dengan mitos atau legenda yang mengiringi tradisi tersebut. Para leluhur mewarisi tradisi tersebut dari generasi ke generasi sehingga menjadi sebuah ritual yang dalam sebuah kebudayaan. Hal tersebut sama halnya terjadi pada masyarakat Pulau Lombok yang juga memiliki ritual tahunan yang menjadi sebuah festival yang dilatarbelakangi oleh legenda.
Adalah Festival Bau Nyale yang menjadi festival rutin masyarakat Pulau Lombok. Festival ini diadakan tepat di 16 titik pantai Selatan Lombok Tengah yang memanjang sejauh puluhan kilometer dari arah Timur hingga barat seperti di Pantai Kaliantan, Pantai Kuta atau Pantai Selong Belanak. Namun biasanya Pantai Seger di Desa Kuta, Kecamatan Pujut Lombok Tengah yang biasanya menjadi lokasi festival tahunan ini.
Festival Nyale (source: google.com)
Festival Bau Nyale memang festival yang berdasarkan pada sebuah legenda. Nyale sendiri berasal dari nama sejenis cacing laut yang biasa hidup di dasar laut atau lubang-lubang batu karang. Menurut cerita masyarakat setempat Nyale adalah jelmaan dari rambut Putri Mandalika.
Putri Mandalika sendiri adalah seorang putri raja di Pulau Lombok. Kecantikannya ternyata memukau banyak pangeran di Pulau Lombok sehingga banyak pinangan yang menghampiri dirinya. Karena bingung, Sang Putri memutuskan untuk menceburkan diri ke Pantai Selatan. Setelah kejadian tersebut, setiap tahun munculah Nyale yang dipercaya sebagai jelmaan dari rambut Putri Mandalika.

Ngawinang, Upacara Pernikahan Adat Lombok

Upacara perkawinan di Lombok Timur memiliki keunikan dibandingkan dengan upacara adat di tempat yang lainya, karena memiliki proses yang cukup panjang. Adat perkawinan lombok dikaitkan dengan upacara sorong serah aji krama. Seorang pemuda (terune) dapat memperoleh seorang istri berdasarkan adat dengan dua cara yaitu dengan soloh (meminang kepada keluarga si gadis). Yang kedua dengan adat merariq( melarikan si gadis), dimana pihak pria (terune) mengambil wanita (dedare) yang akan dinikahi ke rumah pihak pria tanpa sepengetahuan orang tuanya. Setelah salah satu cara sudah dilakukan, maka keluarga pria akan melakukan tata cara perkawinan sesuai dengan adat sasak. Proses ini kemudian akan diikuti dengan “Mesejati” dimana kepala dusun (keliang) akan memberitahukan kepada keluarga perempuan perihal dibawanya anak perempuan tersebut oleh seorang laki-laki yang tinggal di dusunnya.  Selang maksimal tiga hari kemudian, dilanjutkan dengan proses “beselabar” dimana kadus dan keluarga pihak laki-laki menemui keluarga pihak perempuan untuk meminta ijin melangsungkan upacara pernikahan. Pembicaraan adat istiadatnya meliputi aji kerama yang dalam proses ini dibicarakan tentang “uang perari” yang merupakan uang yang diminta oleh calon pengantin perempuan sebelum dilarikan. Jika belum ada permintaan “uang perari” sebelumnya, maka orang tua perempuan memintakan “uang perari” sekaligus “uang pisuke” yang dijadikan sebagai jaminan dan biaya penyelenggaraan pesta.

Jika semua permintaan keluarga pengantin perempuan telah disetujui pada saat “beselabar”, maka prosesi selanjutnya adalah “bait wali” dimana pihak pengantin laki-laki mengirimkan utusan dari pemuka agama untuk menyampaikan salam dari calon pengatin perempuan untuk orang tuanya agar datang untuk menikahkanya. Jika disetujui, maka orang tua perempuan akan datang sendiri dan keluarganya, namun jika tidak, maka orang tuanya menyerahkanya kepada utusan tersebut untuk menjadi wali nikah pengantin perempuan. Pada proses inilah kemudian dilangsungkan “ijab qabul”. Jika keseluruhan proses “bait wali” telah selesai, maka dilanjutkan dengan upacara “sorong serah”.

Rebana, Nyanyian Religi Lombok

Kebudayaan Lombok timur identik dengan budaya islam karena sebagian masyarakatnya beragama islam. Salah satu Sebuah bentuk alat musik akulturasi kebudayaan bangsa Arab dengan etnis Sasak. Musik jenis ini banyak sekali dijumpai di daerah Lombok. Seluruh alat (instrumen) orkestra ini terbuat dari kulit dan kayu. Tetapi dalam perkembangannya ada yang menambah alatnya dengan instrumen besi (rincik, kenceng).

Jumlah instrumen orkestra rebana ini tidak selalu sama. Ada yang hanya terdiri dari 12 buah, dan ada yang lainnya.

Nama – namanya adalah :
  1. Ceroncong atas
  2. Pengempat atas
  3. Panglima atas
  4. Pemotoq tengaq
  5. Penengaq tengaq
  6. Ceroncong tengaq
  7. Pengempat tengaq
  8. Panglima tengaq
  9. Pemotoq bawaq
  10. Penengaq bawaq
  11. Ceroncong bawaq
  12. Pengempat bawaq
  13. Penglima bawaq
  14. Gegendang
  15. Kekenceng

Musik rebana sering dipakai dalam mengiringi arak – arakan pengantin (nyongkol) yaitu arak – arakan pengantin pada waktu pesta perkawinan dimana penganten laki – laki dan penganten perempuan diarak dari rumah penganten laki ke rumah penganten perempuan. Selain itu juga digunakan untuk arakan khitanan. Pada arak – arakan khitanan, anak yang dikhitan akan dinaikkan dalam usungan berbentuk kuda yang disebut sebagai “jaran jorong”. Pada saat itulah, rebana mengiringi arak – arakan tersebut.

Rebana pada awalnya digunakan untuk mengiringi dzkir yang disebut “burdah” atau “kesidah”.

source: lendangnangkatour.blogspot.com

Gendang Beleq, Sakralisasi Adat Suku Sasak

Gendang Beleq merupakan salah satu kesenian tradisional yang telah sangat lama berkembang dan dikenal dengan baik oleh masyarakat suku Sasak. Dalam perjalanannya, kesenian tradisional Gendang Bedeq telah mengalami pasang surut perkembangan. Bahkan, dengan perkembangan yang sangat pesat pada akhir-akhir ini, kesenian tradisional Gendang Beleq telah tumbuh kembali menjadi kesenian yang sangat populer pada seluruh lapisan masyarakat suku Sasak. Kesenian Gendang Beleq telah hadir dengan fungsi  sebagai pelengkap kebudayaan serta menjadi salah satu sarana pengungkap makna-makna luhur kebudayaan. Pada sisi lain,  kesenian Gendang Beleq memiliki potensi yang sangat besar sebagai media pendidikan bagi masyarakat dan sebagi salah satu sumber devisa bagi negara yang dengan sendirinya dapat pula meningkatkan  taraf  hidup para seniman pendukungnya. Nama kesenian Gendang Beleq diambil dari salah satu alat musik yang digunakan yaitu dua buah gendang berukuran besar dan panjang. Bentuk kesenian tradisional Gendang Beleq  yang kita temukan dewasa ini merupakan perkembangan bentuk karena pengaruh kesenian Bali yaitu Tawaq-Tawaq. Perubahan bentuk kesenian ini pertama kali terjadi sekitar tahun 1800 M, ketika Anak Agung Gede Ngurang Karang Asem memerintah di gumi Sasak.
Sebelumnya, kesenian Gendang Beleq hanya terdiri atas sebuah Jidur (gendang besar yang berbentuk beduq), sebuah gong dan sebuah suling. Demikian besar pengaruh kebudayaan Bali pada waktu itu, sehingga peralatan kesenian ini berkembang sesuai dengan alat yang digunakan pada kesenian tawaq-tawaq. Akan tetapi, agar tidak meninggalkan nilai-nilai Islam, para seniman suku Sasak pada waktu itu tetap mempertahankan bentuk gendang besar yang menyerupai beduq yang digunakan di masjid. Selain itu, jumlah personil yang digunakan pun dibatasi pada jumlah 13 atau 17 orang pemain. Bilangan ini menunjukkan bilangan rakaat dalam shalat. Demikian pula dengan tata cara memainkan alat ini merupakan implementasi dari pelaksaan shalat berjamaah dan tuntunan hidup bermasyarakat dengan nilai-nilai keislaman.